TEMPO.CO, Jakarta - Gerhana bulan total acapkali juga sering disebut sebagai bulan 'merah darah' karena warnanya yang merah pekat seperti darah. Apa sebabnya?
Menurut peneliti Observatorium Bosscha Bandung, Evan Irawan, hal tersebut terjadi lantaran cahaya matahari yang dibelokkan oleh atmosfer bumi. "Lalu sampai ke bulan dan menyebabkan warna merah darah," kata dia, saat dihubungi, Jumat, 3 April 2015.
Bayangan bumi memiliki dua bagian. Bagian gelap tempat cahaya matahari tak dapat masuk disebut umbra dan bagian luar tempat matahari dapat masuk disebut penumbra. Bulan bergerak dari barat ke timur, atau kanan ke kiri di belahan bumi utara. Dalam bagian umbra, bulan jarang benar-benar gelap karena cahaya matahari masih dibiaskan oleh atmosfer bumi.
Gerhana bulan terjadi saat bulan melewati bayanan bumi. Biasanya, seperti dikutip dari situs berita Space.com, karena orbit yang miring, bulan hanya lewat di atas atau di bawah bayangan bumi.
Kejadian bulan melewati bayangan bumi, atau yang biasa dikenal dengan gerhana bulan, jarang terjadi. Gerhana hanya dapat terjadi saat bulan berdekatan dengan titik-titik dalam orbitnya saat melintasi ekliptika, jalur cahaya matahari. "Gerhana pada tahun ini akan terjadi pada April dan September," kata Evan.
Saat gerhana bulan total terjadi, pembiasan cahaya matahari menjadi bulan menjadi semerah darah. Karena itu, gerhana bulan total biasa dikenal dengan 'blood moon'.
Selama ini banyak orang yang salah kaprah bahwa gerhana bulan disebabkan oleh bayangan bumi yang jatuh di bulan. Padahal, sebaliknya, fase gerhana bulan dipengaruhi oleh variasi arah datangnya matahari ke bulan yang jatuh ke bumi.
Sebelumnya, telah terjadi gerhana matahari total pada 20 Maret dan akan terjadi gerhana matahari parsial pada 13 September 2015 mendatang. Gerhana bulan total lain akan terjadi pada 28 September 2015.
AMRI MAHBUB