TEMPO.CO, Florida - Sebuah penelitian mengungkap sebuah tes berbiaya kurang dari US$ 1 (Rp 13 ribu) dan memberi hasil dalam beberapa menit ternyata lebih peka dan lebih tepat dibandingkan dengan pengujian standar saat ini untuk tahap awal kanker prostat.
Tes sederhana yang dikembangkan oleh ilmuwan University of Central Florida Qun "Treen" Huo itu memberi harapan deteksi dini bagi penyakit kanker sangat mematikan di antara pria itu. Tes itu juga akan mengurangi jumlah biopsi yang tidak perlu dan invasif dari tes PSA yang sekarang digunakan.
"Ini fantastis," kata Dr Inoel Rivera, seorang ahli onkologi urologi di Florida Hospital Cancer Institute, yang berkolaborasi dengan Huo pada studi percontohan baru-baru ini. "Ini adalah tes sederhana dan jauh lebih baik daripada tes yang kami miliki sekarang, yaitu PSA, dan itu hemat biaya," ujarnya sebagaimana dikutip Sciencedaily akhir pekan lalu.
Ketika tumor kanker mulai berkembang, tubuh melakukan mobilisasi untuk menghasilkan antibodi. Tes Huo mendeteksi respons imun itu menggunakan nanopartikel emas yang sekitar 10 ribu kali lebih kecil dari titik di kulit.
Ketika beberapa tetes serum darah dari tusukan jari dicampur dengan nanopartikel emas, biomarker kanker tertentu melekat pada permukaan partikel kecil, meningkatkan ukuran mereka dan menyebabkan mereka mengumpul.
Di antara para peneliti, nanopartikel emas dikenal karena efisiensinya yang luar biasa dalam menyerap dan menghamburkan cahaya. Huo dan timnya di Pusat Teknologi Nanosains UCF mengembangkan teknik NanoDLSay untuk mengukur ukuran partikel dengan menganalisis cahaya yang mereka buang. Ukuran itu mengungkap apakah pasien memiliki kanker prostat dan seberapa tingkatannya.
Dan meskipun menggunakan emas, tes ini murah. Satu botol kecil nanopartikel tersuspensi dalam air seharga sekitar US$ 250 cukup untuk sekitar 2.500 tes.
"Apa yang berbeda dan unik tentang teknik kami adalah prosesnya yang sangat sederhana, dan material yang dibutuhkan untuk pengujian kurang dari US$ 1," kata Huo. "Dan karena murah, kami berharap banyak orang dapat melakukan tes ini di klinik dokter mereka. Jika kita dapat mengetahui kanker ini dalam tahap awal, dampaknya akan menjadi besar."
Setelah kanker paru-paru, kanker prostat adalah kanker pembunuh kedua tertinggi di kalangan laki-laki, dengan lebih dari 240 ribu diagnosis baru dan 28 ribu kematian setiap tahun. Alat skrining yang paling umum digunakan adalah PSA, tetapi menghasilkan begitu banyak hasil positif palsu-yang mengarah ke biopsi menyakitkan dan perawatan yang ekstrem.
ERWIN Z. | SCIENCEDAILY