TEMPO.CO, Texas - Hingga saat ini bencana akibat asteroid di bumi menjadi kambing hitam punahnya dinosaurus dan menyisakan lubang besar menganga di bumi. Para peneliti menganggap kawah besar yang tercipta 65,5 juta tahun lalu itu menyimpan jawaban atas ledakan asteroid megakolosal itu.
Kelompok ilmuwan gabungan akan mengebor Kawah Chicxulub di Meksiko hingga kedalaman 1.500 meter untuk menguak misteri dunia pada 10-15 juta tahun lalu. Salah satunya kondisi permukiman di dekat Semenanjung Yucatan.
Penggalian ini mulai dibahas pekan lalu di Merida, Meksiko, yang terletak 200 kilometer dari Kawah Chicxulub. "Rencananya mulai menggali pada awal musim semi, atau sekitar April tahun depan," kata Sean Gulick, pakar geofisika dari University of Texas yang tergabung dalam penelitian, seperti dikutip dari Live Science.
Gulick mengatakan penelitian kawah ini akan mengungkap sesuatu yang luar biasa bagi ilmu pengetahuan. Tak hanya itu, ujar dia, penelitian tersebut juga akan memiliki gambaran tentang bagian lepas bibir kawah untuk pertama kalinya sejak ditemukan 20 tahun lalu.
Dari sampel yang akan diambil, para peneliti bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari proses biologis dan geologis pada 10-15 juta tahun lalu. Tim beranggapan, ketika sebuah batu besar menghantam bumi pada kecepatan cukup tinggi, tabrakan akan menyebabkan retakan kemudian mencair. Tabrakan juga akan membentuk kawah sementara yang berbentuk seperti percikan air.
Penelitian ini akan berdasarkan pada model kawah, bukan berlandaskan apa yang terjadi setelah kawah terbentuk. Dengan begitu, para ilmuwan berharap dapat menemukan rincian proses yang melemahkan batuan granit dan berujung pada pencairan bebatuan.
Untuk sementara ini, Kawah Chicxulub menjadi satu-satunya kawah di bumi yang terkait dengan peristiwa kepunahan massal. Karena itu, sampel dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang kepunahan dinosaurus dan apa yang terjadi setelah itu. Sedangkan lapisan batuan baru dapat mengungkap jejak kehidupan yang akan memberikan petunjuk tentang berapa lama kehidupan kembali normal.
Penelitian ini akan menghabiskan dana sekitar US$ 10 juta atau Rp 129,9 miliar, yang didapat dari patungan antara European Consortium for Ocean Research Drilling dan International Continental Scientific Drilling Program. Gulick dan Joanna Morgan dari Imperial College London akan memimpin penelitian ini.
LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB