TEMPO.CO, Surabaya - Sebanyak 19 tim balap mobil berbahan bakar reaksi kimia berkompetisi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, selama tiga hari, Jumat-Ahad, 26 April 2015. Di antara para peserta, tiga di antaranya berasal dari perguruan tinggi asing di Malaysia dan Polandia.
"Peserta kompetisi Indonesia Chem-E-Car Competition (ICECC) kali ini lebih banyak, 16 tim dari Indonesia, 2 tim dari Malaysia, dan 1 tim dari Polandia," ujar Ketua Panitia ICECC Nadhira Titisari kepada Tempo di Gedung Pusat Robotika ITS, Sabtu, 25 April 2015.
Malaysia mengirimkan dua tim, masing-masing dari Universiti Teknologi Petronas (UTP) dan Universiti Teknologi MARA (UiTM). Bagi UTP, ini merupakan kali kedua keikutsertaannya setelah sebelumnya menjuarai ICECC 2014. Sedangkan Polandia diwakili oleh tim dari Lodz University.
Nadhira menjelaskan, pada dasarnya, ICECC ialah kompetisi mendesain mobil prototipe yang menggunakan reaksi kimia sebagai sumber kekuatan. Reaksi kimia itu juga harus mampu mengontrol jarak mobil selama melaju. "Tujuannya bukan mobil mana yang tercepat, tapi mobil harus berhenti pada titik terdekat terhadap garis finis dengan galat terkecil," ujarnya.
Para peserta bebas menggunakan konsep reaksi dan bahan kimia apa pun, asalkan memenuhi syarat berupa dokumen analisis keamanan. Khusus bagi pemenang pada tahun sebelumnya, peserta dilarang memakai konsep dan racikan yang sama seperti saat menang. "Sebagian besar menggunakan bahan cair (liquid), namun ada juga yang menggunakan bahan baku solid."
Kompetisi ini, ucap Nadhira, ialah lomba mobil kimia pertama yang digelar di Asia Tenggara. Dia mengaku sebagian besar regulasinya mengadopsi regulasi kompetisi chem-e-car di Jerman dan Australia.
Pada dasarnya, peserta akan mengambil undian beban dan jarak. Setelah menimbang beban mobil, plastisin akan ditaruh di atas mobil peserta sesuai dengan undian. Penilaian dilakukan atas poin presentasi poster dan performa mobil saat kompetisi.
Selain juara utama, lima penghargaan diperebutkan para peserta. Antara lain Best Presentation, Best Eco-Car, Best Economic Car, Best Concept, dan Best Race.
Peserta dari UiTM, Siti Noraodhah binti Khairul Anwar, mengaku antusias mengikuti ajang ini. Dia dan timnya mengaku tak kesulitan beradaptasi dengan atmosfir kompetisi chem-e car ini karena di Malaysia juga terdapat kompetisi yang sama.
Keamanan, kata dia, menjadi faktor utama dalam mengonsep reaksi kimia sebagai bahan bakar mobil timnya. "Kami menggunakan magnesium sebagai menghasilkan daya seperti baterai. Tapi kekurangannya adalah cepat korosif. Kami juga gunakan asam sulfat, sodium chloride," tuturnya.
Selain ITS selaku tuan rumah yang kemudian merebut juara dalam balapan yang digelar Sabtu siang hingga petang lalu, belasan kampus lain mengikuti ajang ini. Mereka di antaranya Institut Teknologi Bandung, UGM, Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Bandung, dan Universitas Brawijaya.
ARTIKA RACHMI FARMITA