TEMPO.CO, Malang - Mahasiswa Fakultas Perikananan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya mengubah bakteri menjadi lampu hemat energi.
Di tangan Elok Fitriani Tauziat, Nurhasna Fauziyyah, dan M. Alfian Arifin, bakteri Bioluminescene diolah menjadi lampu biolie yang menghasilkan cahaya 10,68 watt. Lampu ini mampu menerangi ruangan dalam radius 68 meter.
"Lampu hemat energi ini bisa mengatasi persoalan krisis energi," kata Elok, Minggu 17 Mei 2015. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, katanya, maka kebutuhan energi semakin bertambah. Sedangkan pasokan energi berbasis energi fosil semakin menipis.
Bakteri Bioluminescence merupakan bakteri yang menempel di dalam tubuh cumi-cumi. Bakteri tersebut mampu mengeluarkan cahaya berwarna biru. Lampu semakin terang jika jumlah kandungan bakteri ditambah. "Cahaya yang dihasilkan tak menimbulkan panas," katanya.
Lampu tersebut memiliki berbagai keuntungan, yakni ramah lingkungan dan ekonomis karena dapat dipakai seumur hidup. Musababnya, bakteri yang mati akan menghasilkan indukan baru. Lampu mudah disandarkan di dinding atau diletakkan di atas meja.
Cara membuatnya, bakteri dari tubuh cumi-cumi diisolasi dalam sebuah biolie dengan konsentrasi 4,6x109 CFU per mililiter. Biolie merupakan alat yang terdiri dari lensa mika, serbuk kayu yang dipadatkan, dan aerator.
"Agar lampu ini bisa terus bercahaya, bakteri diberi nutrisi," katanya. Nutrisi berupa bahan organik dari sayuran yang difermentasi. Caranya, Sayuran dicacah halus dituang kecap, gula, dan EM4 lantas dikeringkan.
EKO WIDIANTO