Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ahli Kimia UI Meminta Sucofindo dan BPOM Duduk Bersama  

Editor

Nur Haryanto

image-gnews
Beras plastik dengan beras asli terlihat perbedaannya ketika sudah dimasak. TEMPO/Wahyurizal Hermanuaji
Beras plastik dengan beras asli terlihat perbedaannya ketika sudah dimasak. TEMPO/Wahyurizal Hermanuaji
Iklan

TEMPO.CO Depok - Pakar toksikologi kimia Universitas Indonesia Budiawan mengatakan untuk memastikan akurasi hasil data pengujian beras yang diduga mengandung plastik harus dilihat dari tiga aspek, yaitu badan atau lembaga penguji harus memiliki pengetahuan, skill, dan pengalaman.

Ia melihat Sucofindo serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan memiliki kemampuan untuk mengujinya. Tinggal, kata dia, melihat metode apa yang digunakan dalam meneliti beras tersebut. "Masing-masing punya kompetensi dan sertifikasi untuk menguji dan diakui. Bahkan, memiliki ISO," ia menjelaskan.

Namun perbedaan hasil dari kedua penelitian lembaga tersebut bisa jadi disebabkan Indonesia belum memiliki standar baku untuk melakukan pengujian kandungan plastik tersebut. World Health Organisation mempunyai standar OECD yang berlaku di Eropa untuk mengukur kandungan plastik. Selain itu, ada juga FDA untuk mengukur kandungan dalam makanan. "Kedua metode itu bisa diadopsi untuk melakukan verifikasi dan validasi kandungan plastik dalam makanan," ucapnya.

Untuk menuntaskan masalah ini, ia menyarankan pemerintah duduk bersama Sucofindo dan BPOM untuk melakukan uji ulang dengan metode yang sama. Sebab, ada macam-macam cara untuk menguji kandungan plastik. Paling mudah dengan menggunakan infrared untuk menganalisis gugus utama karakteristik plastiknya.

Intinya, ia kembali menegaskan, Sucofindo dan BPOM harus duduk bersama untuk kembali menguji kandungan plastik agar kesimpangsiuran beras sintetis hilang. Ia menyarankan kedua lembaga tersebut menggunakan metoda FTIR, yaitu alat khusus untuk menentukan gugus utama monumer dalam plastik, sebagai penyusun utama polimer yang ada dalam plastik.

Sebab, menurut dia, penelitian kimia ini merupakan cara yang eksak dan hasilnya pasti. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Bisa terukur pengujian ini dengan pasti, terverifikasi, dan tervalidasi. Asal duduk bersama," ia menjelaskan.

Sucofindo, kata Budiawan, merupakan lembaga jasa untuk pengujian berbagai macam hal, yang hasilnya juga bisa dipertanggungjawabkan. Sedangkan BPOM juga lembaga yang memang fokus untuk meneliti kandungan dalam obat dan makanan. "Jadi dua-duanya bisa dipertanggungjawabkan. Untuk masalah ini, lakukan uji ulang sampel yang selama ini diduga beras sintetis dengan duduk bersama."

Ia menuturkan selama ini juga terjadi kesimpangsiuran mengenai beras tersebut. Budiawan mempertanyakan apa yang dimaksud dengan beras sintetis. Apakah terbuat dari benar-benar plastik atau ada campuran plastik. Sebab, ada juga daging sintetis yang bisa dimakan untuk mereka yang vegetarian. "Harus benar-benar jelas apa yang dimaksud beras sintetis," ujarnya.

IMAM HAMDI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Mencegah Munculnya Kutu Beras

52 hari lalu

Kutu Beras. pestwiki.com
Cara Mencegah Munculnya Kutu Beras

Kutu beras biasa ditemukan pada tanaman di ladang sebelum panen, namun biasanya baru terlihat beberapa waktu kemudian, setelah pengolahan.


Pakar Teknologi Pangan IPB Jelaskan Soal Heboh Beras Plastik

13 Oktober 2023

Kapolri: Tak Ada Senyawa Plastik dalam 'Beras Plastik'
Pakar Teknologi Pangan IPB Jelaskan Soal Heboh Beras Plastik

Slamet Budijanto mengatakan informasi beras plastik yang beredar di masyarakat dan menjadi perbincangan banyak orang adalah hoax.


Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

11 Oktober 2023

Biji plastik di temukan warga penerima bantuan pangan non-tunai (BPNT) di Kecamatan Bojongpicung, Cianjur, Jawa Barat, bahkan hal yang sama juga kembali dilaporkan keluarga penerima manfaat di Kecamatan Cilaku. ANTARA/Ahmad Fikri
Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

Wakil Ketua Pusat Halal UGM Nanung Danar Dono menyebut informasi yang beredar di media sosial terkait peredaran beras plastik adalah hoaks.


Polres Cianjur Telusuri Laporan Biji Plastik di Beras Bantuan Kemensos

30 September 2020

Biji plastik di temukan warga penerima bantuan pangan non-tunai (BPNT) di Kecamatan Bojongpicung, Cianjur, Jawa Barat, bahkan hal yang sama juga kembali dilaporkan keluarga penerima manfaat di Kecamatan Cilaku. ANTARA/Ahmad Fikri
Polres Cianjur Telusuri Laporan Biji Plastik di Beras Bantuan Kemensos

Polres Cianjur, Jawa Barat, kembali mendapat laporan terkait biji plastik yang ditemukan dalam karung beras bantuan Kementerian Sosial


Heboh Soal Beras Plastik, Bulog Jamin Kualitas Beras Bansos

23 September 2020

Petugas Rukun Warga mendistribusikan beras bantuan sosial Presiden yang disalurkan melalui Kementerian Sosial di wilayah RW 09, Kelurahan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 18 Mei 2020. TEMPO/Nita Dian
Heboh Soal Beras Plastik, Bulog Jamin Kualitas Beras Bansos

Bulog menjamin beras bansos tak mengandung plastik.


Pusat Krisis Covid-19 UI Berikan Layanan Konseling

24 April 2020

Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI). (ANTARA/Feru Lantara)
Pusat Krisis Covid-19 UI Berikan Layanan Konseling

Tim khusus FIK UI ini mengedukasi masyarakat tentang penularan, pencegahan dan tanda gejala COVID-19 hingga kesehatan mental masyarakat selama wabah.


Peringkat UI Melonjak di World University Impact Rankings 2020

24 April 2020

Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI). (ANTARA/Feru Lantara)
Peringkat UI Melonjak di World University Impact Rankings 2020

Universitas Indonesia (UI) menempati peringkat 47 dunia sebagai perguruan tinggi yang mampu memberikan dampak bagi sosial dan ekonomi bangsa.


Cegah Covid-19, DPPM UI Salurkan Bantuan Paket Kebersihan Diri

24 April 2020

Gedung Rektorat UI. ANTARA/Feru Lantara
Cegah Covid-19, DPPM UI Salurkan Bantuan Paket Kebersihan Diri

DPPM UI menyalurkan bantuan berupa 1.368 paket kebersihan diri berupa sampo, sikat dan pasta gigi untuk menunjang sanitasi cegah Covid-19.


Ramadan, 11 Kelompok Pasien Ini Dianjurkan Tidak Puasa

24 April 2020

Ilustrasi pasien (pixabay.com)
Ramadan, 11 Kelompok Pasien Ini Dianjurkan Tidak Puasa

Dekan FKUI Ari Fahrial Syam menjelaskan ada 11 kelompok pasien yang dianjurkan tidak berpuasa selama Ramadan.


UI, UGM, IPB Masuk 100 Universitas Versi Times Higher Education

24 April 2020

Kampus UI (twitter/UI)
UI, UGM, IPB Masuk 100 Universitas Versi Times Higher Education

Berdasarkan peringkat Times Higher Education Universitas Indonesia berada di urutan ke 47, UGM 72, dan IPB peringkat 77.