TEMPO.CO , Depok - Pakar toksikologi kimia Universitas Indonesia Budiawan mengatakan untuk memastikan akurasi hasil data pengujian beras yang diduga mengandung plastik harus dilihat dari tiga aspek, yaitu badan atau lembaga penguji harus memiliki pengetahuan, skill, dan pengalaman.
Ia melihat Sucofindo serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan memiliki kemampuan untuk mengujinya. Tinggal, kata dia, melihat metode apa yang digunakan dalam meneliti beras tersebut. "Masing-masing punya kompetensi dan sertifikasi untuk menguji dan diakui. Bahkan, memiliki ISO," ia menjelaskan.
Baca Juga:
Namun perbedaan hasil dari kedua penelitian lembaga tersebut bisa jadi disebabkan Indonesia belum memiliki standar baku untuk melakukan pengujian kandungan plastik tersebut. World Health Organisation mempunyai standar OECD yang berlaku di Eropa untuk mengukur kandungan plastik. Selain itu, ada juga FDA untuk mengukur kandungan dalam makanan. "Kedua metode itu bisa diadopsi untuk melakukan verifikasi dan validasi kandungan plastik dalam makanan," ucapnya.
Untuk menuntaskan masalah ini, ia menyarankan pemerintah duduk bersama Sucofindo dan BPOM untuk melakukan uji ulang dengan metode yang sama. Sebab, ada macam-macam cara untuk menguji kandungan plastik. Paling mudah dengan menggunakan infrared untuk menganalisis gugus utama karakteristik plastiknya.
Intinya, ia kembali menegaskan, Sucofindo dan BPOM harus duduk bersama untuk kembali menguji kandungan plastik agar kesimpangsiuran beras sintetis hilang. Ia menyarankan kedua lembaga tersebut menggunakan metoda FTIR, yaitu alat khusus untuk menentukan gugus utama monumer dalam plastik, sebagai penyusun utama polimer yang ada dalam plastik.
Sebab, menurut dia, penelitian kimia ini merupakan cara yang eksak dan hasilnya pasti.
"Bisa terukur pengujian ini dengan pasti, terverifikasi, dan tervalidasi. Asal duduk bersama," ia menjelaskan.
Sucofindo, kata Budiawan, merupakan lembaga jasa untuk pengujian berbagai macam hal, yang hasilnya juga bisa dipertanggungjawabkan. Sedangkan BPOM juga lembaga yang memang fokus untuk meneliti kandungan dalam obat dan makanan. "Jadi dua-duanya bisa dipertanggungjawabkan. Untuk masalah ini, lakukan uji ulang sampel yang selama ini diduga beras sintetis dengan duduk bersama."
Ia menuturkan selama ini juga terjadi kesimpangsiuran mengenai beras tersebut. Budiawan mempertanyakan apa yang dimaksud dengan beras sintetis. Apakah terbuat dari benar-benar plastik atau ada campuran plastik. Sebab, ada juga daging sintetis yang bisa dimakan untuk mereka yang vegetarian. "Harus benar-benar jelas apa yang dimaksud beras sintetis," ujarnya.
IMAM HAMDI