Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Misteri Terbongkar: Ini Jawaban Kenapa Keju Swiss Berlubang  

Editor

Kurniawan

image-gnews
Keju swiss. womenonthefence.com
Keju swiss. womenonthefence.com
Iklan

TEMPO.COBern - Misteri lubang-lubang pada keju Swiss akhirnya terungkap. Setelah membuat bingung hampir lebih dari seabad lamanya, akhirnya para ilmuwan menemukan jawaban mengapa keju Swiss berlubang.

Tentunya jawabannya bukan seperti yang dikisahkan dalam film kartun yang menyatakan tikuslah yang bertanggung jawab atas lubang-lubang tersebut. Dan lubang-lubang tersebut juga tidak diproduksi oleh karbon dioksida yang dilepaskan bakteri, seperti kepercayaan ilmiah populer selama ini.

Penyebab lubang-lubang itu sebenarnya adalah ember jerami tua, tempat para peternak sapi biasa menampung perasan susu. Bakteri kecil yang melekat pada ember penampung susu itu membuat lubang pada keju saat proses fermentasi dari susu menjadi keju tengah berlangsung.

Agroscope, lembaga pertanian pemerintah Swiss, menyatakan "partikel-partikel jerami kecil mikroskopis" berjatuhan ke ember-ember penampung susu dan berkembang menjadi lubang-lubang besar saat keju matang.

Proses ini hanya mempengaruhi beberapa keju di Swiss, seperti Emmental dan Appenzell.

Penemuan ini juga memecahkan teka-teki lain tentang mengapa lubang terkenal pada keju, seperti Emmentaler atau Appenzeller, menjadi lebih kecil atau menghilang sama sekali selama 15 tahun terakhir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal tersebut karena proses produksi susu kini lebih higienis dan modern. Agroscope mengklaim produksi yang kini sepenuhnya otomatis pada sistem industri pemerahan susu telah menyebabkan jumlah lubang menurun atau menghilang.

"Ini karena hilangnya ember penampung susu tradisional," kata juru bicara Agroscope, Regis Nyffeler, seperti dilansir Sky News pada Rabu, 28 Mei 2015.

Para peneliti di badan yang didanai pemerintah Swiss itu melakukan uji coba dengan menambahkan jumlah yang berbeda dari debu jerami pada susu yang akan diproduksi menjadi keju. Agroscope menyatakan penelitian ini telah dilakukan sejak 1917 atau hampir mendekati satu abad lamanya.

SKY NEWS | YON DEMA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bukan Dagingnya, Ini Bagian Tersehat dari Buah Alpukat  

31 Agustus 2017

Ilustrasi alpukat. Shutterstock
Bukan Dagingnya, Ini Bagian Tersehat dari Buah Alpukat  

Alpukat dikenal kaya dengan kandungan lemak baik dan potasium, mineral yang ampuh menjaga tekanan darah dan mencegah stroke.


Jangan Buang Makanan, Intip 10 Faktanya

8 Agustus 2017

Ilustrasi membuang makanan. Kortsleht.ee
Jangan Buang Makanan, Intip 10 Faktanya

Makanan yang saat ini terbuang di Eropa misalnya, dapat memberi makan 200 juta orang.


Alpukat Kaya Manfaat, Benarkah Dapat Meningkatkan Fungsi Otak?

8 Agustus 2017

Mahasiswa Unsoed Ciptakan Biodiesel dari Biji AlpukatMemanfaatkan biji alpukat untuk kebutuhan energi di masa depan.Foto Ilustrasi(Komunika Online)
Alpukat Kaya Manfaat, Benarkah Dapat Meningkatkan Fungsi Otak?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Frontiers in Aging Neuroscience baru-baru ini mencoba membuktikan apakah alpukat bermanfaat untuk otak.


Superfood Itu Hoax, Tak Ada Makanan yang Komplet Gizinya

1 Agustus 2017

Ilustrasi buah dan sayur. shutterstock.com
Superfood Itu Hoax, Tak Ada Makanan yang Komplet Gizinya

Ahli kesehatan menegaskan tidak ada satu pun makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh.


BPOM: Makanan Mengandung Zat Berbahaya Menurun secara Nasional

3 Juni 2017

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Kusumastuti Lukito memberikan keterangan terkait mi Bikini (bihun kekinian) yang disita BPOM saat konpers di Jakarta, 8 Agustus 2016. TEMPO/M Iqbal Ichsan
BPOM: Makanan Mengandung Zat Berbahaya Menurun secara Nasional

Ketua BPOM Penny Kusumastuti Lukito memaparkan adanya penurunan jumlah makanan yang tidak memenuhi ketentuan dari BPOM secara nasional.


Indonesia dan Thailand Kerja Sama Teknologi Pascapanen untuk Buah  

21 April 2017

Ilustrasi buah Mangga. ANTARA/Moch Asim
Indonesia dan Thailand Kerja Sama Teknologi Pascapanen untuk Buah  

Indonesia dan Thailand bekerja sama mengembangkan teknologi pascapanen untuk buah-buahan.


Cabai Impor Asal Cina dan India Aman Dikonsumsi

2 Maret 2017

Ilustrasi cabai. TEMPO/Tony Hartawan
Cabai Impor Asal Cina dan India Aman Dikonsumsi

Disperindag Provinsi Jawa Timur bersama dengan BBPOM Surabaya telah melakukan investigasi atas cabai impor asal Cina dan India.


Awasi Peredaran Makanan, DKI Rilis Laboratorium Keliling  

1 Februari 2017

Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Soni Sumarsono meninjau mobil laboratorium keliling milik Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan di halaman Balai Kota, Jakarta, 1 Februari 2017. TEMPO/Lani Diana
Awasi Peredaran Makanan, DKI Rilis Laboratorium Keliling  

Dengan begitu, kata Sumarsono, pemerintah dapat mendeteksi makanan yang mengandung racun dan bahan berbahaya.


Kacang-Kacangan Ini Mampu Jadi Pengganti Daging

12 Desember 2016

Ilustrasi buncis. shutterstock.com
Kacang-Kacangan Ini Mampu Jadi Pengganti Daging

"Makanan kaya protein berbasis kacang-kacangan mengandung serat lebih banyak daripada daging babi dan sapi"


Peneliti Menyimpan Ragi Bir yang Sempurna

18 November 2016

Bir di toko minuman dan merchandise di Waterloo, Belgia. TEMPO/Nurdin Kalim
Peneliti Menyimpan Ragi Bir yang Sempurna

Belgia terkenal memiliki ratusan bir berbeda tetapi tidak sebanding dengan ragi yang digunakan untuk membuatnya, sekitar 30.000 disimpan di es