TEMPO.CO, Banyuwangi – Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung, Banyuwangi, Jawa Timur, Burhan Alethea, mengatakan Gunung Raung saat ini memiliki dua lubang magma. Hal itu sesuai hasil pengamatan Satelit Landsat 8 milik National Aeronautics and Space Administration (NASA) Amerika Serikat pada 25 Juni 2015.
Burhan menjelaskan, saat Gunung Raung meletus pada 19 Oktober 2012, satelit tersebut hanya mendeteksi satu lubang magma. “Satu lubang baru kemungkinan terbentuk atas aktivitas vulkanis sejak 2012,” katanya, Jumat sore, 3 Juli 2015.
Bertambahnya lubang magma itu, kata Burhan, memperlancar keluarnya magma. Dengan demikian, tidak akan memicu letusan besar yang biasanya terjadi karena tersumbatnya lubang magma. Namun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum bisa menghitung berapa potensi material vulkanis yang dikandung Gunung Raung.
Letusan Gunung Raung bertipe strombolian. Ciri-ciri letusan strombolian adalah letusannya kecil tapi terus-menerus mengeluarkan material pijar. Burhan memastikan keluarnya material pijar tersebut masih bisa ditampung dalam kaldera yang berukuran 2.250 x 1.750 meter dan kedalaman 500 meter. “Tapi, kalau material pijarnya sampai keluar dari kaldera, kami akan menaikkan status kembali,” ujarnya.
Untuk melakukan pengamatan secara intensif, PVMBG menurunkan delapan pengamat tambahan ke Gunung Raung. Empat pengamat berasal dari PVMBG Bandung, sedangkan empat sisanya dari PPGA Ijen, PPGA Batur, PPGA Agung, dan PPGA Lemongan.
Aktivitas vulkanis Gunung Raung meningkat sejak 21 Juni 2015. Karena itu, PVMBG menaikkan status gunung tersebut dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) pada Senin, 29 Juni 2015, pukul 09.00.
IKA NINGTYAS