TEMPO.CO, Midland Barat - Seorang perempuan yang terkena wabah chikungunya saat berlibur di Kepulauan Karibia akhirnya kehilangan kemampuan penglihatan di mata kanannya secara permanen. Penyebabnya adalah infeksi virus chikungunya, yang selama dekade terakhir menyebar di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Karibia.
"Kehilangan penglihatan merupakan efek akhir dari infeksi virus itu," kata Abhijit Mohite, dokter mata di West Midlands Postgraduate Deanery, seperti dikutip Live Science. Studinya ia terbitkan dalam jurnal BMJ Case Reports. Mohite, dalam jurnalnya, menyebut wanita yang kehilangan penglihatan itu berumur 69 tahun. "Dia mengunjungi Kepulauan Karibia pada Juli 2014."
Selama perjalanannya itu, dia digigit nyamuk dan mengalami gejala chikungunya. Saat memeriksakan gejala itu, dokter setempat memberikan steroid. Sebulan kemudian, perempuan itu pulang ke Inggris dan langsung masuk ke rumah sakit pada Agustus 2014. Saat proses perawatan itulah, penglihatan perempuan ini mulai mengabur.
Proses pengaburan pada matanya terjadi bersamaan dengan kekakuan otot tubuh, tiga pekan setelah kembali dari Grenada. Awalnya, penglihatan perempuan ini masih baik dan normal, visi 20/20 dengan kedua mata. Tapi, dalam beberapa hari, penglihatannya menurun ke angka 20/80. Dia hanya bisa membaca hingga baris ketiga pada grafik mata.
Hasil tes darah perempuan itu menunjukkan positif chikungunya. Namun para dokter masih memikirkan kemungkinan penyebab lain hilangnya penglihatan wanita tersebut. Setelah enam hari, hasil analisis sel saraf perempuan itu keluar. Sayangnya, peradangan sudah mulai menjalar ke seluruh saraf mata. Radang mengakibatkan ia kehilangan fungsi permanen mata kanan.
Kasus ini menjadi kasus pertama chikungunya yang membutakan mata seseorang di Inggris. Di balik pelajaran itu semua, kasus ini dapat membantu para dokter memahami gejala komplikasi lain dari chikungunya. "Dan waktu penanganan yang tepat," tuturnya.
LIVESCIENCE | AMRI MAHBUB