TEMPO.CO , Jakarta - Para ilmuwan menemukan spesies manusia baru di sebuah gua di Afrika Selatan. Makhluk yang disebut "hampir manusia" itu disebut Homo naledi. Penemuan 15 tengkorak parsial itu dianggap sebagai yang terbesar atas manusia primitif yang aktivitasnya masih berlangsung sampai saat ini di Afrika.
Koresponden CBS News, Debora Patta, melaporkan, penemuan ilmiah besar--lebih dari 1.500 fosil sejak 2013--berlangsung di daerah yang telah mengungkapkan banyak fosil di masa lalu. Obyek temuan, sebagaimana dikutip dari BBC, dikatakan sebagai sebagian manusia dan sebagian kera serta peneliti mengatakan bahwa spesies ini bisa jadi merupakan "jembatan" di antara keduanya.
Ada bukti bahwa mereka telah mampu melakukan ritual yang hanya dilihat pada manusia modern jutaan tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
Perjalanan untuk mendapatkan fosil itu dikatakan sangatlah sulit. Beberapa perempuan dipekerjakan karena badan mereka cukup kecil dan cukup kurus untuk lolos dari celah sempit dalam gua-gua yang disebut sebagai "Cradle of Humankind", di luar Johannesburg.
Orang yang mengarahkan operasi itu adalah Lee Berger, seorang ahli paleoantropologi Amerika ternama. "Ini sangat berbahaya," katanya. "Hanya karena tidak ada kematian, berbicara lebih banyak untuk persiapan kami."
Berger mengatakan alasannya menamai fosil temuannya sebagai Homo naledi adalah "Homo" menunjukkan tempat makhluk itu dalam evolusi manusia, sedangkan "Naledi" menjadi kata yang berarti "bintang" dalam bahasa lokal Sotho.
Menurut dia, Homo naledi bukan manusia, tapi makhluk itu telah melakukan sesuatu yang unik seperti manusia. "Penemuan saya ternyata menempatkan ilmu di atas kepalanya," katanya kepada CBS News.
Penemuan yang penuh ketegangan itu bukannya tanpa kritik. Beberapa ahli percaya bahwa Berger terlalu cepat menggambarkan lokasi temuannya sebagai daerah pemakaman yang dibuat.
Sesama ahli paleoantropologi, Bernard Wood, yang akrab dengan temuan Berger, mengatakan, dengan tidak adanya informasi tentang berapa usia spesies itu, akan sulit dibuat kesimpulan.
"Saya menghormati bahan yang mereka temukan dan saya menghormati upaya yang mereka lakukan untuk memulihkannya, tapi saya sangat skeptis tentang penafsiran mereka," ucapnya kepada CBS News.
CBSNEWS | BBC | MECHOS DE LAROCHA