TEMPO.CO, Malang - Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang mengembangkan model pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan air bersih di gedung perkantoran. Mereka mendesain reservoir atau penampung air hujan yang bisa mencukupi 74 persen kebutuhan air penghuni gedung.
"Kami menggunakan paving berpori yang mampu meresap air sampai 18 persen," kata Kholis Hapsari Pratiwi, salah satu mahasiswa itu, Jumat, 11 September 2015.
Kholis menerangkan, paving berpori terbukti efektif untuk mengoptimalkan penyerapan air hujan. Halaman gedung didesain khusus dengan paving berpori itu, lalu bagian bawahnya dilapisi pasir dan kerikil sehingga air tersaring dari kotoran yang terbawa air hujan.
Kholis bekerja sama dengan tiga temannya sesama mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, yakni Ika Widyastuti, Putri Agil Faraditta, dan Ovy Ellen Arviananda. Dalam penelitian ini, air terkumpul melalui jaringan pipa yang terhubung di penampung air atau reservoir.
Reservoir ditempatkan di bawah gedung. Dengan demikian, mengoptimalkan penggunaan lahan, mengoptimalkan tampungan air, dan mengurangi hilangnya air tanah. "Sehingga konsep tampungan air ramah lingkungan dan menghindari turunnya permukaan tanah."
Baca Juga:
Permukaan tampungan air hujan di halaman gedung telah terintegrasi dengan sistem jaringan pipa. Dengan demikian, reservoir mampu menampung air lebih optimal. Luasannya berdasar analisis kebutuhan air per bulan untuk gedung lima lantai mencapai 300 meter persegi.
Air tersebut digunakan untuk 120 orang, sehingga penampungan air mampu memenuhi kebutuhan 74 persen air untuk penghuni gedung. Konsep penampungan air ini terinspirasi sistem Rain Harvesting Changi Airport. Karya mahasiswa ini menjadi finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2015 di Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari pada Oktober mendatang.
EKO WIDIANTO