TEMPO.CO, Washington - Sebuah hujan meteor efek dari Komet Halley mencapai tingkat maksimum malam ini (21-22 Oktober). Hujan meteor Orionid 2015 ini akan mencapai puncaknya sebelum fajar pada Kamis pagi, 22 Oktober 2015.
Bahkan, jika cuaca bekerja sama, jangan berharap terlalu banyak kembang api. "Orionid mungkin akan menunjukkan aktivitas yang lemah tahun ini," ujar Bill Cooke, Kepala NASA Meteoroid Environment Office, dalam sebuah pernyataan. "Butiran debu komet yang menghantam atmosfer mungkin akan memberikan kita sekitar selusin meteor per jam."
Hal senada dikatakan astronom dari komunitas Langit Selatan, Avivah Yamani. “Setiap jam berkisar 15-20 meteor,” katanya, Rabu, 21 Oktober 2015.
Berdasarkan data dari International Meteor Organization, kecepatan meteor yang melesat berkisar 66 kilometer per detik. Rasi Orion yang menjadi radian atau arah datangnya hujan meteor itu akan terbit pukul 21.00 WIB di arah timur laut.
Saat itu, bulan masih terlihat. Waktu terbaik melihat hujan meteor itu setelah bulan tenggelam sekitar pukul 23.30 WIB. “Pukul 00.30, hujan meteornya setinggi 45 derajat, sekitar pukul 03.00 tepat di atas kepala,” tutur Avivah.
Baca Juga:
Lokasi penglihatan terbaik adalah daerah gelap. Di kota, penglihatan bisa terhalang gedung atau polusi cahaya. Kondisi langit yang kerap cerah pada musim kemarau sekarang ini mendukung pengamatan meteor. Hujan meteor Orionid pertama kali ditemukan oleh E.C. Herrick (Connecticut, Amerika Serikat) pada 1839.
Seperti hujan meteor tahunan lainnya, Orionid terjadi ketika bumi melintasi bidang puing komet. Dalam kasus hujan meteor Orionid, kometnya adalah Halley, yang terakhir kali melalui planet kita pada tahun 1986 dan tidak akan datang kembali melalui tata surya bagian dalam sampai 2061.
Meteor ini dinamakan Orionid karena tampaknya berasal dari konstelasi Orion. Jangan khawatir tidak menemukan pola bintang ini pada akhir malam atau awal Kamis pagi. Sebab, meteor Orionid dapat terlihat di semua bagian langit.
SPACE | ERWIN Z. | ANWAR SISWADI