TEMPO.CO, Jakarta - Anda pasti pernah ragu pada pernyataan seseorang, apakah mereka berkata benar atau salah. Ini merupakan hal wajar.
Sebenarnya keraguan ini bisa diatasi jika seseorang dapat benar-benar membedakan mana yang benar-benar terjadi atau mana yang hanya praduga semata. Deborah Dewi, ahli grafologi, dan Handoko Gani, pakar deteksi kebohongan, mengatakan kebohongan bisa dideteksi.
Dalam perayaan Festival Bohong Indonesia 2015, Deborah Dewi mengatakan karakter seseorang dapat dilihat lewat tulisan tangannya.
"Tulisan tangan sendiri adalah hasil interaksi dari banyak struktur dan sirkuit di otak," kata handwriting analyst yang bernaung di bawah American Association of Handwriting Analyst Foundation tersebut.
Karena itu, ucap Deborah, seseorang masih bisa menulis dengan kaki, mulut, atau bahkan anggota tubuh lain. "Karena semua digerakkan oleh otak, tulisan tangan bisa dianalisis untuk melihat kepribadian penulisnya."
Tak hanya melalui tulisan tangan, proses analisis deteksi kebohongan disempurnakan secara spesifik dengan ilmu deteksi kebohongan yang mencakup forensic interview dan behavior analysis.
"Dalam setiap percakapan dengan orang lain, tidak ada tanda pasti bahwa seseorang tersebut berbohong," ujar Handoko Gani, yang menyelesaikan studinya dalam program behavior analysis and investigative interview.
Selama ini, tutur dia, pemahaman umum yang beredar seperti tangan yang menggaruk-garuk ataupun berbicara gugup diyakini sebagai tanda berbohong. Namun hal ini bukan menjadi satu-satunya tanda seseorang sedang berbohong.
Ada cara efektif lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi, yakni memodifikasi pertanyaan-pertanyaan dan mengobrol atau wawancara agar informasi yang tergali dengan optimal.
Festival Bohong Indonesia digelar pada 7, 14, dan 21 November di Pusat Perfilma Usmar Ismail pada 7 November serta di Conclave Wijaya pada 14 dan 21 November 2015. Dalam festival ini, Deborah dan Handoko akan berbagi ilmu bagaimana cara mendeteksi kebohongan dalam situasi tertentu.
DINI TEJA