TEMPO.CO, Bandung - Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengatakan, tipe letusan Gunung Barujari, anak Gunugn Rinjani condong strombolian. “Sampai sekarang yang dominan strombolian, lontaran material pijar atau lava fountain,” kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 11 November 2015.
Gede mengatakan, sejak memulai erupsinya lebih dari sepekan lalu, letusan Gunung Barujari dominan mengeluarkan kepulan abu, diikuti aliran lava serta memuncratkan material pijar mirip kembang api. “Kepulan kolom abu tidak dominan lagi, hanya minor saja sampai hari ini. Terakhir ketinggian kolom abunya antara 200 meter sampai 500 meter,” kata dia.
Menurut Gede, hingga saat ini erupsi Gunung Barujari, pusat erupsi Gunung Rinjani, masih berlangsung. Letusan gunung yang memuncratkan material pijar ketinggiannya berkisar 50 meteran. “Lontaran material pijarnya hanya tersebar di sekitar puncak Barujari,” kata dia.
Gede mengatakan, kendati letusan yang disertai kolom abu sudah tidak lagi dominan, sewaktu-waktu masih bisa terjadi. “Karena kepulan abu ini kontinyu, takutnya tersebar kemana-mana,” kata dia. Kementerian Perhubungan memantau sebaran abu itu lewat foto satelit untuk mengirimkan peringatan bagi keamanan penerbangan.
Menurut Gede, saat ini kolom abu cenderung menipis, tapi sewaktu-waktu bisa berubah karakternya bergabung sifat magma yang dihasilkan letusan gunung tersebut. “Sekarang gas berkurang, lebih banyak leleran lava sama lontaran lava fountain,” kata dia.
Gede mengingatkan, letusan Gunung Rinjani kemungkinan akan berlangsung relatif lama. Taksirannya, erupsi bisa sampai 3 bulanan. “Gunung Raung dulu erupsinya sampai 6 bulan. Kalau Gunung Barujari sejarahnya bisa sampai 6 bulanan,” kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan kembali harus menghentikan penerbangan dari dan menuju Lombok menyusul meningkatnya erupsi Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani, di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Erupsi itu menimbulkan abu vulkanis yang membahayakan aktivitas penerbangan.
“Sesuai Notam Nomor B2770/15; B2771/15 dan C3563/15; C3564, Bandara Internasional Lombok Praya dan Bandara Selaparang Lombok penutupannya diperpanjang sampai Kamis, 12 November 2015, pukul 08.45 WIB karena masih terdampak aktivitas Gunung Rinjani,” kata juru bicara Kementerian Perhubungan, Julius Andravida Barata, dalam siaran pers tertulisnya pada Rabu, 11 November 2015.
Sementara itu, Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, dan Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, telah dibuka kembali dan beroperasi normal hari ini, Rabu, 11 November 2015. Kementerian Perhubungan akan terus memantau perkembangan situasi dan kondisi dari erupsi anak Gunung Rinjani tersebut, khususnya Bandara Internasional Lombok, yang sampai hari ini hingga besok masih ditutup.
Penerbangan dari dan menuju Lombok akan dilayani setelah Bandara Internasional Lombok tersebut dinyatakan dibuka kembali oleh otoritas yang berwenang.
AHMAD FIKRI