TEMPO.CO, Cina - Cina telah memiliki pusat kloning terbesar di dunia, Boyalife Group. Dengan teknologi pabrik yang sangat maju, para peneliti Negeri Tirai Bambu yakin dapat melakukan kloning manusia.
“Teknologinya sudah ada. Kami tak melakukannya hanya karena mempertimbangkan reaksi publik,” kata Direktur Eksekutif Boyalife Group seperti dilansir dari Phys, Selasa, 1 Desember 2015. Masyarakat, menurut dia, berpotensi mempermasalahkan moral dan etika perusahaan bila membuat replika manusia.
Namun, Xu meyakini nilai sosial masyarakat akan terus berubah. Contohnya adalah mulai diterimanya homoseksualitas, yang mengindikasikan manusia memiliki lebih banyak pilihan untuk reproduksi mereka. Seperti melalui adopsi, bayi tabung, dan lain-lain.
Saat ini, pusat pabrik yang berada di pelabuhan utara Tianjin masih berkonsentrasi pada kloning hewan. Xu menargetkan akan menduplikasikan 1 juta ekor sapi pada 2020. Kegiatan akan dimulai dalam tujuh bulan mendatang.
Tak berhenti sampai di situ, pria lulusan Kanada ini juga tengah menyiapkan kloning kuda pacu, hewan peliharaan, dan anjing polisi; yang khusus untuk penelusuran jejak dan pendeteksi bau.
Boyalife tak sendiri dalam proyek ini, mereka juga menggandeng pabrik serupa asal Korea Selatan, Sooam. Hwang Woo-Suk, pendiri Sooam, mengatakan memiliki kesamaan pandangan dengan Cina. Korea Selatan memiliki peraturan bioetika, yang melarang penggunaan sel telur manusia dalam percobaan medis.
“Kami memutuskan untuk membuat pabrik di Cina, sebagai antisipasi kalau kami melakukan percobaan pada tubuh manusia,” kata dia kepada surat kabar Korea Selatan, Dong-A Ilbo.
Keduanya terus berupaya untuk menunjukkan kalau kloning bukanlah sesuatu yang mengerikan, bahkan bermanfaat. Buoylife telah menyimpan sel genetika dari 5 ribu spesies langka dan terancam punah di seluruh dunia untuk penciptaan kembali. Sooam telah memulai proyek kloning mammoth, dari sel yang didapat dari lapisan permafrost Siberia.
PHYS | AFP | URSULA FLORENE