TEMPO.CO, Jakarta - Seorang mahasiswa berhasil mengungkap fenomena luar angkasa yang telah menipu astronom. Bintang CW Leo ternyata bukanlah sebuah bintang seperti yang dikira selama ini.
“Daripada bintang, CW Leo lebih menyerupai gugusan debu luar angkasa. Dia seperti bercak tinta yang berubah-ubah,” kata Paul Stewart, mahasiswa University of Sydney, yang mengemukakan masalah ini, seperti dilansir dari Phys, Kamis, 3 Desember 2015. Ia merekonstruksi gambar CW Leo dari 2000 hingga 2008 dengan gambar beresolusi tinggi dari roket Cassini, yang diambil dari sudut pandang cincin Saturnus.
CW Leo, atau juga disebut IRC+10216, merupakan bintang kedua paling terang--bila kita dapat melihat sinar inframerah. Ia sempat mencuri perhatian peneliti luar angkasa karena dikategorikan sebagai bintang yang berevolusi. Berada di formasi planet Nebula, ia dikatakan sebagai akhir dari kehidupan gugusan raksasa merah ini.
Profesor astrofisika Peter Tuthill, yang mendampingi Stewart dalam penelitiannya, mengatakan foto-foto ini membuktikan bahwa gumpalan merah ini adalah debu panas yang berputar-putar di ruang angkasa. Para astronom keliru menganggapnya sebagai bintang yang berevolusi menjadi planet dan menyatakan CW Leo sebagai struktur kunci dari sistem Nebula.
“Ini adalah momen luar biasa, ketika alam mengingatkan kita tentang siapa bosnya,” kata dia. Kendati demikian, CW Leo tetap menyuguhkan pemandangan yang menarik.
Gumpalan raksasa ini tengah berada di akhir masa hidupnya dan sedang mendestruksi dirinya sendiri. Leo mengirimkan awan yang terdiri atas debu dan gas ke galaksi serta menyuguhkan pemandangan bak kembang api di luar angkasa.
PHYS | URSULA FLORENE