Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jumlah Peneliti Indonesia, Data Menristek Beda dengan LIPI  

image-gnews
Tatas Brotosudarmo, kepala Ma Chung Research Center For Photosynthesic Pigmen (MRCPP) saat melakukan aktifitas penelitiannya di laboratorium MRCPP Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, 9 Agustus 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Tatas Brotosudarmo, kepala Ma Chung Research Center For Photosynthesic Pigmen (MRCPP) saat melakukan aktifitas penelitiannya di laboratorium MRCPP Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, 9 Agustus 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Iklan

TEMPO.COJakarta - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyebut Indonesia memiliki 550 peneliti per sejuta penduduk. 

"Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah profesor sekarang ini sudah 5.500 orang. Sedangkan jumlah peneliti 550 per sejuta orang penduduk," kata Nasir dalam Refleksi Satu Tahun Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Jakarta, Senin. 

Saat ini jumlah dosen bergelar S2 dan S3 di Indonesia, menurut dia, mencapai 75 persen, dan angka tersebut masih harus didorong kenaikannya pada 2016. 

"Sehingga dosen yang berfungsi sebagai peneliti akan seperti apa nantinya kita akan pikirkan," ujarnya.

Selain itu, Menteri Nasir mengatakan, program Indonesia Mencari Doktor, menjadi upaya untuk menaikkan angka peneliti, termasuk menjalin kerja sama dengan peneliti yang memiliki pengalaman riset internasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Data Menteri Nasir itu berbeda dengan yang disampaikan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain, September lalu. Ia mengatakan rata-rata jumlah peneliti di Indonesia baru mencapai 40 per satu juta penduduk. Jumlah itu tertinggal jauh dengan negara berkembang lain di Asia. 

Contohnya saja India yang sudah memiliki perbandingan 140 per satu juta penduduk. Dengan total penduduk India yang telah mencapai satu miliar lebih, praktis jumlah riil peneliti di negara itu pasti jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan Indonesia.

Sedangkan di negara Asia lainnya, seperti Jepang, memiliki 5 ribu peneliti per satu juta penduduk, Korea Selatan 5.500 per sejuta penduduk, dan Israel, yang merupakan negara dengan jumlah periset terbanyak, memiliki 6.500 peneliti per sejuta penduduk.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.


Mengapa Tikus Digunakan sebagai Hewan Percobaan Medis?

23 Februari 2022

Ilustrasi tikus. Getty Images
Mengapa Tikus Digunakan sebagai Hewan Percobaan Medis?

Para ilmuwan meneliti tikus, karena ukurannya yang kecil, mudah disimpan dan dipelihara. Tikus juga dapat beradaptasi di lingkungan baru