TEMPO.CO, Amerika - Upaya mengatasi dan mencegah kanker terus dilakukan manusia. Baru-baru ini, beberapa nama besar bergabung untuk membuat alat tes darah universal, yang sanggup mengidentifikasi kanker stadium awal.
Perusahaan yang bergerak di bidang deteksi DNA, Illumina, akan menjadi motor utama proyek ini. “Kami telah membuat kemajuan yang luar biasa, dan kami percaya diri proyek ini akan mencapai akhir yang kami inginkan,” kata Direktur Eksekutif Illumina Jay Flatley, seperti dilansir dari Reuters, pada Senin, 11 Januari 2016, waktu setempat.
Illumina akan menjalankan proyek ini di bawah nama perusahaan baru mereka, Grail. Mereka juga menggandeng nama-nama besar, seperti pendiri Microsoft, Bill Gates, dan pendiri Amazon.com, Jeff Bezos, untuk berpartisipasi. Total investasi yang sudah tertanam melebihi US$ 100 juta dolar, sebagian besar berasal dari Illumina. Proyek ini dapat dinikmati masyarakat pada 2019 mendatang.
Grail akan memanfaatkan konsep tes yang disebut biopsi likuid, yang menggunakan mesin penelusur DNA berkecepatan tinggi. Mesin ini mampu mendeteksi fragmen DNA yang dihasilkan sel kanker dalam darah. Biasanya, bila indikasinya positif, sudah ada tumor yang terbentuk. Hanya saja, ukurannya terlalu kecil untuk memperlihatkan gejala atau tampak di mesin pemindai gambar.
Menurut Flatley, metode ini bukanlah sesuatu yang baru di dunia kanker. Beberapa rumah sakit dan sekolah kedokteran seperti John Hopkins University sudah lama menggunakan metode ini. Namun mereka malah menggunakannya pada pasien yang sudah didiagnosis kanker untuk melihat reaksi terhadap terapi pengobatan.
Saat ini di Amerika, Pathway Genomics sudah menjalankan metode serupa seperti proyek Illumina ini. “Mereka mematok US$ 699 untuk sekali praktek. Kami (Grail) akan memasang harga US$ 500,” kata Flatley.
Namun bukan berarti proyek bertujuan mulia ini tanpa kendala. Deteksi kanker dengan metode biopsi likuid ini masih belum benar-benar terbukti efektif. Pathway Genomics bahkan mendapat surat peringatan dari US Food and Drug Administration (FDA) pada 2014 lalu, yang mengatakan: “Tes ini belum mendapat validasi klinik yang resmi dan dapat membahayakan kesehatan publik.”
Tak mau bernasib serupa, Flatley memastikan akan berkonsultasi dengan FDA untuk mengumpulkan bukti yang dibutuhkan. Grail juga belum menentukan apakah kelak pemeriksaan ini dapat ditawarkan secara langsung pada konsumen. “Tapi mungkin saja,” katanya.
REUTERS | MIT TECHNOLOGY REVIEW | URSULA FLORENE