TEMPO.CO, Brisbane - Beberapa spesies hewan memiliki racun mematikan untuk membela diri dari serangan pemangsa. Sejumlah ular dan kadal, laba-laba, kalajengking, kodok, anemon laut, dan ikan singa adalah contoh hewan yang berevolusi mengembangkan racun. Tak hanya untuk membela diri, ternyata racun dari bisa itu juga dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Racun yang tersusun dari protein dan peptida itu mempunyai efek beragam, dari mencegah pembekuan darah, melumpuhkan sistem saraf, hingga menumbangkan sistem kekebalan tubuh. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mengubah racun tersebut menjadi obat yang ampuh melawan bermacam penyakit, dari pereda nyeri sampai antikanker.
Penelitian mutakhir tentang racun dan teknik molekuler telah mendorong penemuan sejumlah obat mujarab. Racun dari laba-laba, kalajengking, siput kerucut, dan kelabang, misalnya, berpotensi diramu menjadi calon zat penyembuh. Kondisi ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh para ilmuwan.
"Hal ini sangat menarik dan akan terus menarik," kata Glenn King, seorang ahli biologi molekuler dan peneliti racun laba-laba di University of Queensland di Brisbane, Australia, seperti dikutip The Scientist dan CNN.
Racun ular--biasa disebut bisa--adalah campuran molekul kompleks yang dapat membunuh mangsa dalam hitungan menit. Namun, bisa ular rupanya juga mengandung peptida yang dapat meredam nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mungkin menyembuhkan kanker pada manusia.
Bisa ular viper atau kobra, misalnya, dapat diolah menjadi obat anti-pembekuan darah yang mampu membuat darah tetap encer. Dalam beberapa kasus, mencegah pembekuan darah bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Padahal, bisa ular viper atau kobra yang langsung disuntikkan ke tubuh manusia dapat mematikan.
Lebih dari 30 tahun lalu, Badan Obat dan Pangan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui Capoten, obat penurun hipertensi pertama yang dibikin dari molekul peptida bisa ular viper. Sejak itu, sejumlah obat yang diproduksi dari racun telah disetujui untuk penyakit kardiovaskuler. Pada 2004, obat penghilang rasa sakit yang juga terbuat dari racun telah beredar di pasaran.
Kini perkembangannya lebih jauh lagi. Berkat pengetahuan tentang sistem saraf dan kekebalan tubuh manusia, racun hewan berhasil diolah menjadi penyembuh multiple sclerosis dan rheumatoid arthritis, penyakit otoimun (autoimmune) yang beberapa dekade lalu belum ada obatnya.
Bukan hanya sebagai obat penyakit, racun hewan juga dapat diramu menjadi penangkal racun itu sendiri. Bisa ular yang disuntikkan ke tubuh mamalia tertentu dapat memicu pembentukan antibodi. Zat yang dihasilkan dari sistem kekebalan tubuh mamalia ini kemudian diolah menjadi antibisa. Manusia menggunakan zat itu sebagai obat penawar gigitan ular berbisa.
SCIENTIST | CNN | AMRI MAHBUB