TEMPO.CO, Karangasem – Kisah hidup manusia bionik asal Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, memprihatinkan. I Wayan Sumardana alias Tawan, 31 tahun, belakangan ini mendadak terkenal lewat lengan prostetik temuannya. Namun banyak yang belum mengetahui perjalanan hidupnya sampai ia bergelut langsung dalam dunia teknik elektro.
“Saat lulus SMK, saya bekerja sebagai tukang buat kandang ayam untuk peternakan,” katanya saat ditemui Tempo di rumahnya, Sabtu, 23 Januari 2016.
Bekerja sebagai pembuat kandang ayam dilakoninya selama lebih-kurang 1,5 tahun. Pada 2003, Tawan mulai meninggalkan pekerjaannya itu. Alasannya, ucap dia, saat itu penghasilannya tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup yang terus meningkat.
“Saya melanjutkan usaha berjualan bebek. Saya melakoni pekerjaan itu dari sebelum menikah sampai saya menikah pada 2005,” ujar suami Ni Nengah Sudiartini, 29 tahun, tersebut.
(Baca juga: Tukang Las Buat Tangan Robot 'Iron Man', Menristek Penasaran)
Kini Tawan dan Sudiartini telah dikaruniai tiga anak laki-laki, yaitu I Made Astro Bintang Putra, 11 tahun, Ketut Erlangga Putra (6), dan Putu Titan Putra (4). Selama empat tahun terakhir, Tawan tinggal di rumah yang sekaligus bengkel las. Di atas lahan seluas 2 are itu, ia tinggal bersama istri dan tiga buah hatinya.
“Sebelumnya, saya tinggal di Desa Pasedahan (tidak jauh dari tempat tinggal sekarang). Setelah berhenti jualan bebek, di sana saya buka bengkel las. Tapi, karena lokasinya terlalu ke dalam, saya pindah ke sini, di sisi jalan, supaya lebih mudah dapat pelanggan,” tuturnya.
“Selain mengelas, saya juga kerja sebagai pemulung serta tukang servis mesin kendaraan bermotor dan alat elektronik,” ucapnya.
Kini nama I Wayan Sumardana, manusia bionik yang dijuluki The Real Iron Man, menjadi terkenal. Banyaknya pemberitaan di media terkait lengan prostetik temuannya yang ia sebut robot arm membuat rumahnya dalam seminggu terakhir terus dipadati pengunjung.
Selain terkenal, Tawan menerima tudingan miring atas karyanya. Banyak keraguan dari netizen soal teknologi temuannya itu. Menurut dia, tak sedikit netizen di media sosial yang menilai robot temuannya hoax. Namun Tawan enggan berkomentar banyak. Kepada Tempo, ia justru menjelaskan beberapa komponen robot temuannya yang terkesan janggal.
"Kalau ada yang tidak sesuai, alat saya itu belum sempurna, karena tidak ada biaya untuk menguji lagi supaya bisa disempurnakan. Materi robot ini rongsokan, jadi saya ambil satu blok. Padahal saya hanya butuh satu komponen saja dari satu blok itu. Mungkin itu jadi terkesan campur-campur dan tidak keruan," tuturnya.
BRAM SETIAWAN