TEMPO.CO, Kuala Lumpur -Empat layar berukuran 32 inchi tergantung berjajar di dinding bercat putih itu. Dua di bagian atas, dua lagi di bagian bawah, rapat membentuk formasi mata dadu bernilai empat. Di depan layar, tiang pembatas terjajar rapi menjaga jarak pengunjung yang hinggap sekejap untuk menonton tayangan di keempat layar itu.
Potongan gambar suasana sebuah kantor, pemandangan, hingga karya lukis yang entah siapa pembuatnya muncul di keempat layar itu secara bersamaan. Ajaibnya, secara sekilas keempat potongan gambar itu seperti tak sedikitpun terkurang bagiannya meskipun ditampilkan dalam empat layar yang berbeda.
Ya, itulah produk Video Wall (layar pamer) Samsung terbaru yang akan dilepas ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dalam ajang Samsung South East Asia Forum 2016 di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, Senin, 1 Februari 2016. Layar pamer itu diberi nama Samsung UHF-E.
"Ini adalah video wall dengan batas antar layar tertipis di dunia. Hanya 1,4 milimeter," ujar Head of Chief Eksekutif Enterprise Business PT Samsung Indonesia, Willy Sentosa, yang mendampingi Tempo dan sejumlah media lainnya pada ajang itu.
Video Wall bernama UHF-E ini adalah produk yang diperuntukan untuk kalangan bisnis. Willy mengatakan bahwa layar ini sangat berguna untuk memberikan informasi tentang sebuah layanan atau produk yang dimiliki oleh sebuah perusahaan ataupun untuk pemanis yang menampilkan gambar-gambar menarik di sebuah kantor.
Tak hanya mengandalkan ketipisan batas, Willy mengatakan bahwa layar ini memiliki berbagai keunggulan. Misalnya, waktu hidup yang lebih lama ketimbang layar biasa atau layar televisi. Hal ini dikarenakan Samsung UHF-E memang dirancang untuk bisa terus hidup selama 24 jam sehari. "Jadi untuk perusahaan yang memang memiliki kebutuhan untuk melakukan servis 24 jam kepada konsumennya layar seperti ini bisa digunakan," ujarnya.
Layar tipis ini, menurut dia, biasanya digunakan untuk keperluan di dalam ruangan. Selain UHF-E, Samsung juga akan melepas layar pamer transparan serta layar pamer kaca sebagai produk andalannya di 2016. Layar pamer transparan memungkinkan seseorang untuk melihat tampilan video atau pun gambar namun tak menghalangi tampilan suasana di sisi lainnya. Sementara layar pamer kaca memungkinkan seseorang mengaca sambil melihat tampilan video yang diputar.
Untuk keperluan di luar ruangan, Samsung juga menyediakan layar pamer seperti Videotron, serta Smart Signage. Khusus untuk Smart Signage, Willy menjelaskan bahwa produk ini sangat berguna bagi perusahaan yang memiliki banyak cabang karena bisa terhubung langsung menggunakan media daring.
"Jadi kalau satu perusahaan mau buat promo di semua cabangnya, dia tinggal kirim gambarnya maka akan bisa tampil saat itu juga disemua cabang dia yang ada di mana pun. Dia juga bisa mengatur misalnya promo untuk tiap daerah berbeda. Jadi tidak perlu lagi cetak ini itu sehingga lebih efektif dan efisien," ujarnya.
Soal penjualan produk untuk kalangan bisnis berupa layar pamer seperti ini di Indonesia, menurut Willy, memiliki prospek yang sangat bagus. Dalam beberapa tahun terakhir, pasar layar pamer mengalami peningkatan yang tajam. "Karena tren saat ini memang menunjukan dari marketing konvensional analog ke marketing digital," ujarnya.
Berdasarkan data yang diambil dari institusi riset, Future Source, laju pertumbuhan majemuk tahunan atau CAGR pasar perangkat profesional display --termasuk di dalamnya layar pamer, Smart Signage dan sebagainya diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 33% dari tahun 2014 hingga 2018.
MAMsih menurut riset yang sama, Samsung saat ini memilki market share profesional display paling tinggi dibanding perusahaan lain yang memasarkan produk serupa. Pada kuartal ketiga 2015 misalnya, Samsung menempati posisi pertama dengan raihan persentase 52% untuk profesional display di Indonesia.
"Itu dari segi kuantitas. Kalau dari segi pendapatan Samsung juga berada di posisi nomor satu dengan raihan 41%. Ini artinya Samsung masih tetap memimpin pasar profesional display di Indonesia," ujar Willy.
FEBRIYAN