TEMPO.CO, Jakarta - Jet tempur masa depan milik militer AS, F-35, masih menghadapi masalah-masalah berbahaya sehingga makin merumitkan masalah yang sudah menimpa proyek kesenjataan paling mahal dalam sejarah itu, tulis laporan Pentagon seperti diwartakan AFP.
Pesawat yang bisa tinggal landas dan mendarat secara vertikal ini ditujukan sebagai tulang punggung armada pesawat tempur masa depan militer AS yang akan memastikan dominasi AS di antariksa sampai beberapa tahun ke depan. Pesawat ini diperkuat dengan teknologi penghindar radar.
Militer AS sudah dikirimi lusinan pesawat itu, namun pengiriman yang baru mesti disempurnkan dan diujikan.
Belum lama ini para insinyur menemukan serangkaian cacat selama pengujian ekstensif terhadap versi terbaru F-35 Joint Strike Fighter, kata Pentagon, selain juga masalah gangguan software, kesalahan teknis dan ongkos yang membumbung.
Namun yang paling gawat adalah sistem pelontar pada F-35 di mana pilot yang berat badannya kurang dari 62 kg berisiko mati oleh kursi pelontar itu.
Penyelidikan juga menyimpulkan bahwa salah satu versi pesawat tempur siluman untuk Korps Marinir itu mengalami defisiensi dan kemampuan perang yang terbatas.
Pentagon telah menganggarkan hampir 400 miliar dolar AS untuk total 2.443 unit F-35.
Sembilan mitra internasional seperti Inggris, Kanada dan Turki turut membiayai pengembangan jet tempur ini, dan juga membeli pesawat yang dibuat Lockheed Martin ini.
Namun program senjata ini menghadapi sejumlah kemunduran, termasuk kebakaran mesin yang misterius pada 2014 yang memaksa para komandan wing mengandangkan armada pesawat ini sampai masalah diatasi.
ANTARA