TEMPO.CO, Pontianak - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Pontianak akan menyiapkan sekitar 100 lebih kacamata khusus bagi masyarakat atau wisatawan yang akan menyaksikan gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 di kawasan Kota Pontianak.
"Warga yang akan menyaksikan secara langsung gerhana matahari total nantinya di Kantor Lapan Pontianak akan kami siapkan kacamata khusus dengan maksud agar tidak merusak kornea mata," kata Kepala Lapan Pontianak, Muzirwan di Pontianak, Senin 15 Maret 2015.
Ia menjelaskan, Lapan juga akan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pontianak dalam melakukan sosialisasi soal gerhana matahari ke sekolah-sekolah.
"Penyediaan kacamata tersebut hanya untuk kesehatan dan menangkal tingginya radiasi dari gerhana matahari total tersebut dan memang tidak seseram yang orang bilang, yakni bagi yang menyaksikan gerhana matahari total bisa menyebabkan kebutaan," ungkapnya.
Muzirwan menambahkan, khusus di Kota Pontianak akan dilewati oleh gerhana matahari sedang, sekitar 92,96 persen, tetapi Lapan tetap akan melakukan penelitian terkait kejadian gerhana matahari sedang tersebut.
"Kemungkinan besar gerhana matahari total bisa dilihat di Ketapang, karena di Palangkaraya akan terjadi gerhana matahari total," ujarnya.
Beberapa daerah di Indonesia pada 9 Maret 2016 akan dilalui gerhana matahari total sehingga diharapkan akan banyak wisatawan mancanegara dan lokal untuk menikmati peristiwa alam tersebut.
Fenomena alam eksotis gerhana matahari total (GMT) akan melewati beberapa daerah, yaitu Palembang (dengan lama 1 menit 52 detik), Belitung (2 menit 10 detik), Balikpapan (1 menit 9 detik), Luwuk (2 menit 50 detik), Sampit (2 menit 8 detik), Palu (2 menit 4 detik), Ternate (2 menit 39 detik), Bangka (2 menit 8 detik), Palangkaraya (2 menit 29 detik), Poso (2 menit 40 detik), serta Halmahera (1 menit 36 detik).
Gerhana matahari sebagian juga bisa dinikmati di Padang (95,43 persen), Bandung (88,76 persen), Denpasar (76,53 persen), Kupang (65,49 persen), Surabaya (83,08 persen), Banjarmasin (98 persen), Manado (96,66 persen), Jakarta (88,76 persen), Pontianak (92,96 persen), Makassar (88,54 persen), serta Ambon (86,90 persen).
Fenomena alam ini pernah terjadi di Indonesia 30 tahun lalu, yaitu pada 11 Juni 1983, dan baru akan terjadi lagi dalam 250 tahun yang akan datang.
ANTARA