TEMPO.CO, Sleman - Sultan Hamengku Buwono X mengatakan belum menentukan lokasi untuk ikut serta melihat gerhana matahari sebagian pada 9 Maret 2016. Menurut dia, melihat gerhana matahari nantinya bisa di mana saja. “Di alun-alun mungkin ya. Kan cuma 84 persen matahari tertutup bulan,” kata Sultan saat ditemui di Hotel Royal Ambarrukmo, Sleman, Senin, 7 Maret 2016.
Bagi Sultan, gerhana matahari adalah hal biasa. Bahkan saat gerhana matahari total pada 1983, dia tidak menyediakan waktu khusus untuk melihatnya. “Enggak lihat. Ora gumun e,” kata Sultan bercanda.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Tony Agus Wijaya, menjelaskan gerhana matahari pada 9 Maret 2016 esok adalah peristiwa langka. Lantaran daratan Indonesia adalah satu-satunya daratan yang dilewati gerhana, meskipun ada yang hanya sebagian, termasuk Yogyakarta.
Proses gerhana matahari parsial yang ada di Yogyakarta dimulai dengan proses matahari tertutup bulan dimulai pada pukul 06.20 dari arah kanan ke kiri. “Matahari yang gelap di sisi kiri,” kata Tony.
Puncak gerhana terjadi pada pukul 07.23, yakni saat lingkaran matahari tertutup bulan dengan persentase 85 persen. Saat puncak itulah bentuk matahari seperti bulan sabit dengan bentuk huruf C terbalik. “Gerhana sekitar dua menitan,” kata Tony.
Kemudian bulan bergeser perlahan hingga matahari muncul penuh hingga pukul 08.35. Total durasi proses gerhana matahari sebagian 2 jam 15 menit. “Perkiraan cuaca nanti di sini cerah berawan. Tapi siang atau sore hujan,” kata Tony.
Rencananya, BMKG Yogyakarta bekerja sama dengan Taman Pintar akan menyiapkan teropong untuk melihat gerhana matahari di seputaran Tugu Yogya. Lantaran jumlah yang terbatas, teropong tersebut akan dikoneksikan dengan komputer yang akan dipancarkan lewat layar lebar, monitor televisi, dan videotron yang ada di perempatan Tugu Yogya.
PITO AGUSTIN RUDIANA