TEMPO.CO, Bandung - Pendulum Foucault modern buatan tim Observatorium Bosscha yang dibawa ke Poso, Sulawesi Tengah, bekerja sesuai dengan rencana saat gerhana matahari total, Rabu, 9 Maret 2016. Direktur Observatorium Bosscha Mahasena Putra menempatkan pendulum itu di sebuah ruang kepala sekolah dekat lokasi pengamatan bersama di Lapangan Kalora.
“Hasil datanya keluar dalam satu-dua hari. Secara kasat mata, belum ada yang spektakuler,” katanya saat dihubungi Tempo, Rabu ini.
Pendulum itu dipakai untuk meneliti efek gerhana matahari total pada rotasi bumi dan gravitasi. Pada 27 Februari 2016, pendulum tersebut sudah diuji coba di ruang bengkel teknik observatorium. Alat yang mengadopsi perangkat sejenis bikinan tim peneliti astronomi dari Argentina itu bisa membuat bandul pendulum terus berayun dengan tenaga listrik dan otomatis mencatat data hasil kerja alat di komputer.
Di Poso, ucap Mahasena, tim memasang alat itu sejak Senin lalu dan diuji coba penuh sejak Selasa. Karena tak mendapatkan tempat seperti di observatorium, bandul pendulum ditopang menara bambu. Penempatan di ruang tertutup untuk menghindari embusan angin yang bisa mempengaruhi gerak bandul pendulum. “Ada bagian bambu yang lentur, sehingga gerak bandul agak lonjong. Hasil datanya nanti perlu dihitung ulang,” ucap Mahasena.
Perangkat buatan sendiri yang dikerjakan tim dari nol itu memakai ember plastik terbalik yang dilubangi, dan bagian dalamnya diisi komponen seperti gir plastik, kumparan kawat elektromagnet, dan sensor gerak. Di atas perangkat yang sepintas mirip kompor minyak tanah itu, berayun sebuah bandul silinder besi seberat 12 kilogram. Di Bosscha, Lembang, bandul diikat seutas kawat baja setinggi hampir 3 meter pada kayu plafon yang statis.
Penelitian itu merujuk pada temuan dan riset peneliti sebelumnya. Pada gerhana matahari total 30 Juni 1954 dan 22 Oktober 1959 di Prancis, ilmuwan Maurice Allais melihat adanya anomali. Gerak pendulum yang searah jarum jam itu berputar sedikit lebih cepat daripada biasanya, kemudian normal kembali. Gerak putar pendulum itu seiring dengan rotasi atau perputaran harian bumi.
Sebelum sampai ke persoalan kenapa hal itu bisa terjadi, beberapa peneliti lain yang membuktikan kembali Allais Effect itu punya hasil yang tak seragam. Menurut Mahasena, perekaman data pendulum itu akan diolah di Bandung sepulangnya dari Poso pada Kamis pagi, 10 Maret 2016.
ANWAR SISWADI