TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok peneliti dari University of California, Davis, Amerika Serikat, mengirim koleksi bakteri untuk dibiakkan di Stasiun Luar Angkasa (ISS). Perkembangan sebagian besar bakteri mirip dengan kondisi saat dibiakkan di bumi. Namun, para peneliti menemukan ada satu spesies bakteri yang tumbuh lebih baik di ISS ketimbang di bumi.
Program pembiakan koleksi bakteri di ISS adalah bagian dari proyek sains MERCCURI. Para peneliti berkolaborasi dengan masyarakat mengumpulkan mikroba dari monumen bersejarah, museum, sekolah, dan wahana luar angkasa di bumi.
Para peneliti menyimpulkan sebagian besar bakteri biasa ditemukan di ISS dan perilakunya mirip dengan yang ada di bumi. Pengecualian muncul pada bakteri Bacillus safensis. Hasil studi yang dirilis 22 Maret lalu menyebutkan bakteri ini berkembang 60 persen lebih baik di ISS dalam kondisi minim gravitasi.
Belum diketahui mengapa bakteri yang diisolasi dari wahana luar angkasa di fasilitas Jet Propulsion Laboratory itu bisa tumbuh lebih baik di luar bumi. Bakteri itu sebelumnya diduga tak sengaja terbawa dalam misi ke Mars pada 2004.
Bakteri B. safensis diketahui resisten terhadap garam, radiasi ultraviolet dan sinar gamma.Para ilmuwan juga pernah mengisolasi galur lain B. safensis dari tanaman di gurun Gujarat, India. Pemetaan genom bakteri B. safensis sudah dilakukan dan mungkin bisa menunjukkan mengapa dia bisa berlaku berbeda di luar angkasa.
Menurut David Coil, peneliti utama dan ahli mikrobiologi dari UC Davis, banyak orang yang menanyakan mengapa bakteri harus dikirim ke luar angkasa. “Mengenali bagaimana perilaku mikroba dalam kondisi minim gravitasi adalah bagian penting dalam perencanaan untuk mengirim manusia dalam misi luar angkasa jangka panjang,” kata dia.
Riset tentang perkembangan mikroba juga memberikan informasi bagaimana mereka tumbuh dalam lingkungan buatan manusia. Sebelumnya, para ilmuwan juga berhasil menumbuhkan selada dan tanaman berbunga di stasiun luar angkasa itu.
SCIENCE DAILY | NASA | GABRIEL WAHYU TITIYOGA