TEMPO.CO, Jakarta - Asal-usul malaria, wabah yang sanggup membunuh sekitar 400 ribu manusia setiap tahunnya, ternyata jauh lebih tua daripada yang diprediksi sebelumnya. Penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium itu ternyata sudah berevolusi di era dinosaurus.
Malaria sebelumnya diperkirakan muncul dalam periode 15 ribu hingga 8 juta tahun lalu. Catatan manusia menunjukkan wabah mematikan ini sudah ada di Cina pada 2.700 tahun sebelum Masehi. Beberapa ahli berpendapat wabah itu berkontribusi pada kehancuran Kekaisaran Romawi. Tahun lalu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, setidaknya ada 214 juta kasus malaria. Imunitas terhadap malaria tidak muncul secara alami dan belum ditemukan vaksin terhadap penyakit ini.
Menurut laporan jurnal American Entomologist pada 11 Maret 2016, penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles itu berevolusi di tubuh serangga sekitar 100 juta tahun lalu. Para ahli memperkirakan vertebrata pertama yang menjadi inang parasit malaria saat itu adalah reptil, termasuk dinosaurus.
George Poinar Jr., penulis laporan dan peneliti dari Oregon State University, mengatakan wujud wabah malaria purba menggunakan perantara serangga dan galur yang berbeda. Menurut dia, hal ini sebenarnya membantu proses pertahanan hidup dan evolusi hewan di bumi.
Malaria sekarang dapat menginfeksi beragam mamalia, termasuk manusia, burung, hingga reptil. Evolusi malaria dan serangga penghisap darah, menurut Poinar, sudah ada sejak periode dinosaurus. “Bukti fosil menunjukkan malaria dengan perantaraan nyamuk sudah ada sejak 20 juta tahun lalu,” katanya. “Wujud awal wabah ini setidaknya berusia 100 juta tahun atau lebih tua.”
Poinar adalah orang pertama yang menemukan jejak malaria pada fosil berusia 15-20 juta tahun di Republik Dominika. Poinar mengindikasi wabah penyakit berperan dalam kepunahan dinosaurus, selain bencana seperti tumbukan asteroid dan letusan gunung api. “Serangga, mikroba patogen, dan penyakit yang menerpa vertebrata muncul di waktu yang bersamaan, termasuk malaria,” ucapnya.
OREGON STATE UNIVERSITY | AMERICAN ENTOMOLOGIST | GABRIEL WAHYU TITIYOGA