TEMPO.CO, Jakarta - Pemanasan global telah menghancurkan mekanisme pertahanan terumbu karang. Hal ini terjadi selama cuaca luar biasa panas, seperti selama El Nino. Cuaca ini tak selalu membunuh, karang akan pulih ketika air kembali dingin.
Pemutihan karang terjadi ketika air yang hangat menghilangkan ganggang yang memberi warna-warni dan nutrisi untk terumbu karang.
Australia Research Council Centre of Excellence untuk Coral Reef Studies mengungkapkan terumbu karang sering kali mampu bertahan hidup dalam gelombang panas karena telah mengembangkan ketahanan diri.
Tracy Ainsworth dari lembaga penelitian tersebut mengatakan pada dasarnya terumbu karang punya kemampuan memperingatkan diri akan gelombang panas yang datang. Biasanya, gelombang panas didahului dengan gelombang hangat. Di antara dua gelombang tersebut, ada masa air mendingin. "Maka, terumbu karang punya waktu mengatasi tekanan tersebut," kata Ainsworth.
Ia mengatakan jika terumbu karang mengalami tekanan yang lebih kecil sebelumnya, akan mampu mempertahankan ganggang lebih banyak. Proses ini, kata Ainsworth, punya dampak besar terhadap hidup terumbu karang.
Ainsworth dan rekan-rekannya mempelajari pola suhu permukaan laut di Australia Great Barrier Reef selama tiga dekade terakhir. Mereka menemukan 75 persen dari gelombang panas yang didahului dengan suhu cukup hangat dapat membantu mengurangi 50 persen kematian terumbu karang.
Para peneliti mengatakan proporsi ini bisa jatuh ke 22 persen jika suhu permukaan laut naik 2 derajat Celcius, seperti yang bisa terjadi pada 2100.
Peningkatan suhu air lokal 0,5 derajat Celcius, kata Ainsworth, bisa menyebabkan hilangnya mekanisme adaptasi terumbu karang.
Kondisi ini, menurut Ainsworth, akan menghilangkan fase terumbu karang mendapat stres kecil, masa pemulihan akibat pendinginan air, dan kemudian stres besar. "Apa yang kami lihat adalah akumulasi dari satu stres besar," kata Ainsworth.
Namun demikian, hal ini tidak terlambat untuk mencegah punahnya terumbu karang. Studi pemodelan peneliti menunjukkan bahwa upaya agresif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca akan mengakibatkan penurunan pelindung karang pada akhir abad ini.
"Masih ada harapan, kita tidak boleh menyerah," kata Ainsworth.
NEW SCIENTIST | TRI ARTINING PUTRI