TEMPO.CO, Surabaya – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mendorong para peneliti agar mendukung program Presiden Joko Widodo mengenai swasembada pangan. Melalui Rencana Induk Riset Nasional (RIRN), pemerintah menyusun strategi penelitian bersifat top-down atau kebutuhan yang disesuaikan dengan prioritas bidang riset.
“Terutama di bidang pangan dan pertanian,” kata Direktur Jenderal Penguatan Hasil Riset dan Pengembangan Kemenristek dan Dikti Muhammad Dimyati dalam acara sosialisasi Ristekdikti-Kalbe Science Awards 2016 di Universitas Airlangga, Selasa, 19 April 2016.
Menurutnya, Indonesia memerlukan penelitian guna menemukan varietas unggul pertanian. Indonesia menargetkan swasembada komoditas padi, jagung, dan kedelai pada 2017. “Nanti untuk 2019 ditambah lagi komoditas gula dan daging sapi,” ujar dia.
Sehingga, tutur Dimyati, penelitian seharusnya mendukung kebutuhan tersebut sampai 2020 mendatang. Ia mencontohkan, terdapat penelitian peningkatan produktivitas padi. “Yang semula 1 hektar menghasilkan 5 ton padi, menjadi 12 ton.”
Lebih rinci, kebutuhan riset di bidang pangan dan pertanian meliputi beberapa tema riset. Di antaranya adalah teknologi pemuliaan bibit tanaman, teknologi budidaya dan pemanfaatan lahan sub-optimal, teknologi pascapanen, dan teknologi ketahanan dan kemandirian pangan. “Targetnya mulai 5 varietas unggul kedelai 150 polong per tanaman, 3 varietas unggul padi lebih dari 13 ton per hektare, hingga teknologi pengawetan daging sapi.”
Selain pangan dan pertanian, ada dua bidang prioritas riset lain hingga 2019 yang berskema top-down, yakni energi terbarukan dan maritim. Masing-masing bidang itu, kata dia, diperkirakan membutuhkan biaya riset Rp 20 triliun. Sedangkan bidang lainnya dialokasikan beragam, antara Rp 5 triliun hingga Rp 7 triliun.
Total estimasi anggaran riset hingga 2019 mencapai Rp 100 triliun atau 0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Saat ini, anggaran riset Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara Asia lainnya. “Masih 0,09 persen dari PDB Indonesia yang berkisar Rp 1.000 triliun sekarang,” ujar Dimyati.
ARTIKA RACHMI FARMITA