TEMPO.CO, Copenhagen - Sebuah penelitian dari Denmark menemukan bahwa tingkat garam di otak memainkan peran penting dalam membuat kita tertidur atau terjaga.
“Penemuan ini mungkin penting untuk penelitian tentang penyakit kejiwaan seperti skizofrenia dan kejang karena kurang tidur, serta kebingungan pasca-pembiusan,” ujar Profesor Maiken Nedergaard dari Pusat Ilmu Saraf Universitas Copenhagen, sebagaimana dikutip Sciencedaily, Jumat, 29 April 2016.
Garam di dalam otak kita memutuskan apakah kita tertidur atau terjaga. "Garam-garam ini memainkan peran yang jauh lebih besar dan jauh lebih menentukan dibandingkan yang sebelumnya dibayangkan. Penemuan ini mengungkapkan pemahaman baru tentang bagaimana fungsi otak," ujar Negergaard.
“Pertama dan terpenting, kita belajar lebih banyak tentang bagaimana tidur dikendalikan. Ini juga membuka untuk pemahaman masa depan yang lebih baik tentang mengapa beberapa orang menderita kejang ketika terjaga sepanjang malam," tambahnya.
Para peneliti telah menggunakan tikus untuk menguji apakah suntikan garam ke otak memungkinkan untuk mengontrol siklus tidur-bangun tikus, yang secara independen disebut neuromodulators. Neuromodulators merupakan senyawa seperti adrenalin, yang memainkan peran penting saat kita bangun setiap pagi.
Baca Juga:
Studi ini menunjukkan bahwa adrenalin dan neuromodulators lainnya mengubah tingkat garam neuron dan keseimbangan garam itu kemudian memutuskan apakah neuron sensitif terhadap rangsangan dalam bentuk sentuhan.
Ketika kita terjaga, keseimbangan garam membuat neuron sangat sensitif terhadap rangsangan, yang berkebalikan dengan keseimbangan garam di otak selama tidur, di mana tingkat garam membuat lebih sulit untuk mengaktifkan neuron.
SCIENCEDAILY | ERWIN Z