TEMPO.CO, Munich - Para ilmuwan di Helmholtz Zentrum München memiliki informasi baru tentang hal-hal yang terjadi di tingkat molekuler ketika manusia lapar.
Bekerja sama dengan Deutsches Zentrum für Diabetesforschung (Pusat Penelitian Diabetes Jerman-DZD) dan Deutsches Krebsforschungszentrum (Pusat Penelitian Kanker Jerman-DKFZ), mereka mampu menunjukkan, dalam kondisi kekurangan makanan, protein tertentu dihasilkan, menyesuaikan metabolisme di hati.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam Open Access Journal, 'EMBO Molecular Medicine'.
Meningkatnya jumlah orang yang kelebihan berat badan telah lama menjadi salah satu isu mendesak dalam masyarakat modern. Secara khusus, penyakit metabolis, seperti diabetes tipe 2 dan kondisi sekunder terkait memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan.
Asupan kalori yang dikurangi, seperti dalam rangka diet puasa, dapat membantu mendorong metabolisme kembali ke bentuk semula. Mengapa hal ini terjadi?
Pertanyaan ini ingin dijawab Prof Dr Stephan Herzig, Direktur Institut Diabetes dan Kanker (IDC) di Helmholtz Zentrum München, dan Dr Adam J Rose dari DKFZ di Heidelberg. "Setelah kami memahami bagaimana puasa mempengaruhi metabolisme, kami dapat mencoba membawa efek ini untuk terapi," ujar Herzig, seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin, 9 Mei 2016.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan mencari perbedaan aktivitas genetik sel hati yang disebabkan oleh kegiatan berpuasa. Peneliti menemukan gen untuk protein GADD45β sering dibaca berbeda, tergantung diet: semakin besar rasa lapar, semakin sering sel-sel itu menghasilkan molekul GADD45β (Growth Arrest and DNA Damage-inducible).
Seperti namanya, molekul itu sebelumnya dikaitkan dengan perbaikan kerusakan pada informasi genetik dan siklus sel, bukan dengan biologi metabolis.
Tes simulasi selanjutnya menunjukkan, GADD45β bertanggung jawab mengendalikan penyerapan asam lemak di hati. Tikus yang tidak memiliki gen yang sesuai lebih mungkin mengembangkan penyakit hati berlemak (pembengkakan hati).
Namun, ketika protein itu dipulihkan, kandungan lemak dari hati dinormalkan dan metabolisme gula ditingkatkan. Para ilmuwan mampu mengkonfirmasi hasilnya pada manusia: tingkat GADD45β rendah disertai dengan akumulasi lemak yang meningkat di hati dan tingkat gula darah yang tinggi.
"Stres pada sel-sel hati, yang disebabkan karena berpuasa, akan merangsang produksi GADD45β, yang kemudian menyesuaikan metabolisme itu terhadap asupan makanan rendah," ujar Herzig.
Para peneliti sekarang ingin menggunakan temuan baru itu untuk intervensi terapeutik dalam metabolisme lemak dan gula sehingga efek positif dari kekurangan makanan bisa digunakan untuk pengobatan.
SCIENCE DAILY | ERWIN Z