TEMPO.CO, Jakarta - General Electric sedang mempersiapkan peluncuran perangkat lunak pintar bernama Predix untuk kebutuhan pembangkit listrik di Tanah Air. Perusahaan ini telah mendatangi calon pelanggan potensial, seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam rangka penjajakan kemitraan.
"Kami sudah sounding ke PLN dan responnya bagus," ujar Country Leader GE for Gas Power, George Djohan, kepada Tempo, di Hotel Mulia, Jakarta Pusat, Kamis, 12 Mei 2016.
Menurut Djohan, Indonesia berpeluang memanfaatkan teknologi Predix untuk efisiensi pengelolaan pembangkit. Apalagi, dia mengklaim, GE sudah menguasai perangkat teknologi pembangkit listrik hingga 18 ribu megawatt. Angka tersebut adalah 30 persen dari total kapasitas pembangkit terpasang Indonesia saat ini.
Selain PLN, GE juga menyasar berbagai perusahaan lainnya di sektor industri. "Mereka bisa menggunakan teknologi pintar kami," ujar Djohan.
Predix adalah sistem analisis mesin yang terhubung melalui perangkat lunak dan dapat diakses di manapun melalui Internet. Sistem ini menangkap dan menganalisa volume, kecepatan puluhan juta bita data mesin yang dihasilkan di dunia industri pembangkit listrik
Berdasarkan laporan perusahaan, GE kini memonitor dan menganalisa 50 juta elemen data dari 10 juta sensor yang terpasang pada aset senilai US$1 triliun setiap hari.
Asia Pacific Cyber Security Leader GE, Alvin Ng, mengklaim Predix mampu meningkatkan efisiensi operasional pembangkit listrik. "Aktivitas pembangkit dapat dipantau secara langsung (real time). Predix juga mampu memprediksi kerusakan atau gangguan yang terjadi pada mesin pembangkit," katanya.
Predix diluncurkan sejak September 2015. Sebelumnya, perangkat ini hanya digunakan internal perusahaan pada 2014. GE dapat menghemat hingga US$ 70 juta.
Alvin mengatakan penggunaan Predix di Indonesia adalah tantangan, mengingat banyaknya lokasi pembangkit di daerah terpencil. Namun, kata dia, ini bisa diatasi lantaran Predix bersifat fleksibel.
Alvin juga mengklaim bahwa Predix dapat menjadi solusi penghematan biaya operasional pembangkit listrik di daerah terpencil karena pengembang bisa mengontrol kinerja fasilitas dari jauh.
Tak hanya pembangkit listrik, Predix juga bisa diterapkan dalam industri pembangkit tenaga lain, seperti minyak, gas bumi, kesehatan, ataupun penerbangan. "Platform ini menghubungkan manusia dengan mesin melalui teknologi informasi," katanya.
Meski berbasis komputasi awan (cloud), Alvin menjamin keamanan Predix karena aliran informasinya sudah terproteksi. "Sistem kami sesuai dengan peraturan keamanan siber," ujar Alvin.
GE menargetkan nilai pasar Predix bisa mencapai US$ 100 miliar di seluruh dunia pada 2020. Target tersebut terbilang sangat tinggi. Namun Alvin optimistis target tersebut dapat tercapai.
"Pada 2020 kami memprediksi ada 50 miliar gawai digital yang terhubung dengan jaringan Internet. Saat itulah penggunaan data penduduk dunia mencapai 44 ribu triliun bita (zetta bita)."
Saat ini, satu-satunya pesaing Predix adalah Uptake--perangkat lunak yang dipakai kontraktor industri, Caterpillar. Empat tahun mendatang, nilai pasar Uptake diprediksi mencapai US$ 125 miliar.
GE juga tengah ekspansi ke sejumlah pembangkit listrik energi baru-terbarukan. Saat ini, menurut Djohan, GE sedang mengikuti tender penyediaan teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Sejumlah studi juga sedang dijajaki GE untuk pembangkit listrik tenaga angin.
ROBBY IRFANY