TEMPO.CO, Malang - Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya membuat inovasi berupa E-Paddy. Sebuah mekanisme yang menggabungkan prinsip fisika dan biologi. Prinsip dasarnya, mereka memanfaatkan proses fotosintesis tanaman padi.
Tanaman padi yang menyerap sinar matahari dalam proses fotosintesis menghasilkan glukosa (C6H1206) dan oksigen (O2). O2 yang dihasilkan terlempar bebas ke udara, sedangkan glukosa diserap tanaman sebesar 30 persen. Selebihnya, 70 persen, dikonsumsi mikroorganisme dan terurai menjadi CO2, H2O, dan elektron.
"Kami memasang atau menanam katoda dan anoda di sekitar tanaman padi," kata Dheniz Fajar Akbar. Dia bersama empat teman lain, yakni Lisa Normalasari, Yogan Surya Tirta, Tiara Wiranti, dan Hamdan Mursyid, merancang sejak dua bulan lalu. Anoda yang ditanam dalam tanah untuk menangkap elektron. Sedangkan katoda dan anoda dihubungkan dengan sebuah kabel untuk mengalirkan elektron.
Menurut mahasiswa yang dibimbing Dewi Maya Maharani itu, pergerakan elektron ini akan menghasilkan listrik. Semakin banyak proses fotosintesis akan menghasilkan listrik semakin besar. Jadi, semakin banyak tanaman disiram dan diberi kompos untuk menghasilkan elektron yang banyak, tegangan listrik yang dihasilkan semakin tinggi.
Semakin tua tanaman padi akan semakin banyak elektron yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, tim menggunakan padi IR-64, umur tanaman 25-30 hari. Berdasarkan hasil penelitian mereka, tanaman padi yang berisi 20 batang menghasilkan 331,6 milivolt (mV). Mereka menguji coba dalam volume penyiraman sekitar 500 mililiter air dan kompos 5 persen dari masa tanah dalam pot.
Baca Juga:
Nantinya, kata dia, mereka akan mengaplikasikannya di sejumlah daerah tertinggal yang belum teraliri listrik. Area persawahan yang luas berpotensi menghasilkan listrik. Saat ini sekitar 19 persen kawasan belum teraliri listrik.
EKO WIDIANTO