Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Salah Vaksinasi Bikin Virus Flu Burung Bermutasi

Editor

Erwin prima

image-gnews
Situasi peternakan Itik milik Sunaryo di Desa Sukorejo, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang, Minggu siang, 3 April 2016. Ribuan Itik mati akibat serangan virus flu burung di peternakan ini. TEMPO/David Priyasidharta
Situasi peternakan Itik milik Sunaryo di Desa Sukorejo, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang, Minggu siang, 3 April 2016. Ribuan Itik mati akibat serangan virus flu burung di peternakan ini. TEMPO/David Priyasidharta
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Iswahyudi, ahli kedokteran hewan dari Universitas Airlangga mengungkap adanya  mutasi virus flu burung dari 2012-2015 di Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelitiannya, salah satu penyebab perubahan karakter itu adalah implementasi kebijakan pengendalian dan penanggulangan penyakit flu burung yang tidak tepat, yakni vaksinasi.

Menurut Iswahyudi, vaksinasi seharusnya dilakukan dengan pengulangan 2 kali ditambah 3 kali sehingga total 5 kali. “Tetapi dengan jumlah unggas yang begitu besar di Indonesia, termasuk Jawa Timur, pemerintah tidak punya cukup dana,” ujar Iswahyudi kepada wartawan usai menjalani sidang disertasi di Fakultas Kedokteran Hewan Unair Surabaya, Senin, 30 Mei 2016.

Akibatnya, tak semua unggas memiliki antibodi yang sama melawan virus mematikan tersebut. Jawa Timur yang paling besar mengalokasikan pemberian vaksin di Indonesia, misalnya, cakupannya  tak sampai 5 persen. “Akibatnya, angka cakupan minimal vaksinasi yang diisyaratkan sebesar 70 persen, tidak tercapai," kata Iswahyudi.

Dia memaparkan, dari empat sektor peternakan yang ditetapkan pemerintah, peternak di sektor III skala kecil dan IV yang dikandangkan memiliki risiko tertular virus flu burung paling besar. Namun, pencegahannya tak sebanding. Berdasarkan penelitiannya, dari 279.353.386 ekor  unggas di Jawa Timur pada 2015,  vaksin yang dianggarkan hanya  2.700.000 dosis. “Artinya, cakupan vaksinasi penyakit flu burung di bawah 2 persen,” jelas Iswahyudi.

Di Jawa Tengah dan Jawa Barat bahkan lebih miris lagi. Pada 2015,  pemerintah provinsi Jawa Tengah hanya mengalokasikan 325 ribu dosis dari total 187.256.652 ekor unggas. Di tahun yang sama,  pemerintah provinsi Jawa Barat hanya mengalokasikan 950 ribu dosis dari total 691.600.000 ekor unggas.

Prof. Chairul Anwar Nidom, pembimbing disertasi Iswahyudi menambahkan, dari tiga provinsi, cakupan vaksinasi di Jawa Timur tertinggi, yakni berkisar 4,8 persen dari target 70 persen. “Berikutnya Jawa Tengah hanya 1,5 persen dan Jawa Barat 0,5 persen,” ujar dia.

Kepala Avian Influenza Research Center (AIRC) Unair itu pun menyebutkan, kasus flu burung di Banyuwangi pada Maret 2016 lalu adalah akibat vaksinasi yang tidak tepat. Setelah menganalisis data-data lapangan di Banyuwangi, Lamongan, dan lainnya, hampir semua merupakan ayam-ayam yang tidak divaksinasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Nah, ayam-ayam yang mati itu virusnya ke mana? Lompatannya ke mana? Itulah yang saya khawatirkan sebagai penggunaan vaksin yang overuse atau berlebihan,”kata Nidom.

Overuse, kata dia, dilakukan akibat dukungan dana dari pemerintah yang sedikit namun tak sesuai kebutuhan tiap kabupaten. Akibatnya, jika terdapat suatu kabupaten/kota yang memiliki stok berlebih, lalu digunakan atau disuntikkan lagi.

Iswahyudi yang juga Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur itu mengusulkan dua solusi. Pertama, adanya jejaring Dinas Peternakan dari tingkat pusat sampai daerah. “Di tingkat provinsi harus ada dinas peternakan, di kabupaten harus ada dinas peternakan,” tuturnya.

Kedua,  dukungan anggaran yang cukup dari pemerintah, baik pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota. “Ini sebagai wujud sharing responsibility sesuai amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan," tutur Iswahyudi.

Iswahyudi juga meminta agar pemerintah tegas terhadap peternak rumah tangga yang tak mengandangkan unggasnya. Peternak unggas pekarangan yang tidak dikandangkan, diwajibkan beralih budidaya seperti kambing, dan lainnya. “Kalau dia tetap ingin memelihara unggas harus dikandangkan. Karena ketika unggas tidak dikandangkan, maka potensi tertular dari hewan ke manusia itu lebih besar,” ucap dia.

ARTIKA RACHMI FARMITA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

1 hari lalu

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

Sejumlah pembangunan infrastruktur di Kota Surabaya ditargetkan rampung di tahun 2024.


Akibat Awan Tebal, Hilal di Surabaya Tak Tampak

15 hari lalu

Petugas melakukan pemantauan hilal atau rukyatulhilal di Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, Selasa, 9 April 2024. Kementerian Agama menurunkan tim ke 120 lokasi di seluruh Indonesia untuk memantau hilal yang hasilnya akan dibahas dalam sidang isbat guna menentukan 1 Syawal 1445 H. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Akibat Awan Tebal, Hilal di Surabaya Tak Tampak

Para peneliti dari Universitas Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tak melihat hilal akibat tertutup awan.


Ini Capaian Eri Cahyadi-Armuji Tiga Tahun Memimpin

35 hari lalu

Ini Capaian Eri Cahyadi-Armuji Tiga Tahun Memimpin

Berbagai terobosan dan inovasinya dapat dirasakan langsung oleh warganya.


Demam Kakatua Renggut 5 Nyawa di Eropa, Cek Penyebab dan Gejala

47 hari lalu

Burung kakatua putih. ANTARA
Demam Kakatua Renggut 5 Nyawa di Eropa, Cek Penyebab dan Gejala

Demam kakatua dengan mudah menyebar di antara unggas dan juga menular ke manusia. Siapa saja yang berisiko tertular dan apa gejalanya?


Mahasiswa Unair Raih Penghargaan di Thailand, Berkat Rekomendasi Kebijakan Publik Transportasi Massal

15 Februari 2024

Universitas Airlangga. Foto : Unair
Mahasiswa Unair Raih Penghargaan di Thailand, Berkat Rekomendasi Kebijakan Publik Transportasi Massal

Mahasiswa Unair meraih penghargaan dalam Young ASEAN Leaders Policy Initiative di Thailand. Rekomendasinya dinilai sebagai inisiatif terbaik.


Rekomendasi Destinasi Wisata Kawasan Pecinan di Surabaya Saat Libur Tahun Baru Imlek

8 Februari 2024

Gerbang Pecinan Kya-Kya di Surabaya (Sumber: shutterstock)
Rekomendasi Destinasi Wisata Kawasan Pecinan di Surabaya Saat Libur Tahun Baru Imlek

Libur tahun baru imlek, kunjungan wisata ke kampung pecinan menjadi pilihan. Berikut rekomendasi destinasi wisata pecinan yang unik di Kota Surabaya


Pemuda Muhammadiyah: Rompi Biru Wali Kota Surabaya Tidak Bernuansa Politik

6 Februari 2024

Pemuda Muhammadiyah: Rompi Biru Wali Kota Surabaya Tidak Bernuansa Politik

Eri Cahyadi dinilai sejalan dengan semangat Pemuda Muhammdiyah menjadikan Surabaya yang maju dan religius.


Perayaan Natal di Taman Surya, Balai Kota Surabaya

12 Januari 2024

Perayaan Natal di Taman Surya, Balai Kota Surabaya

Puluhan ribu umat Kristiani memeriahkan malam Natal di Taman Surya


Biaya Kuliah Unair Lengkap untuk Semua Program Studi

9 Desember 2023

Kampus Unair. Istimewa
Biaya Kuliah Unair Lengkap untuk Semua Program Studi

Berikut ini daftar lengkap biaya kuliah di UNAIR untuk semua program studi dari jenjang D3, D4, hingga S1. Biayanya bisa berbeda-beda sesuai dengan kelasnya.


Mengenal Program S2 Media dan Komunikasi Unair: Beasiswa hingga Kurikulum

30 November 2023

Kampus Unair. Istimewa
Mengenal Program S2 Media dan Komunikasi Unair: Beasiswa hingga Kurikulum

Berdiri sejak 2003, program magister Media dan Komunikasi Unair ini berada di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair.