TEMPO.CO, Jakarta - Cheng Ho memimpin 27 ribu orang dalam ratusan kapal 600 tahun silam. Ia dikenal sebagai pemimpin ekspedisi raksasa yang tak pernah merampas atau menjajah daerah yang disinggahi. Sebelum memimpin puluhan ribu orang dalam tujuh ekspedisi itu, ia adalah seorang kasim di era Dinasti Ming, Cina. Konon, ia adalah orang kepercayaan kaisar ketiga dari dinasti tersebut, Kaisar Yongle.
Dalam tradisi kekaisaran Cina, seorang kasim harus rela dikebiri untuk menjadi pelayan di istana kerajaan. Tak terkecuali Cheng Ho. Kebiri dilakukan untuk menciptakan pelayan yang aman di istana. Soalnya, kasim bertugas memandikan raja, membereskan tempat tidur, dan memotong rambut.
Konon, proses kebiri para kasim ada dua cara. Pertama, proses kebiri dilakukan saat calon kasim sudah dewasa dengan memotong testisnya. Cara lain adalah dengan melakukan kebiri saat calon kasim masih anak-anak. Alat kelamin calon kasim dijepit minimal tiga kali sehari sehingga pertumbuhannya terhambat. Hasilnya, anak laki-laki akan berkarakter feminin, misalnya memiliki suara yang kecil dan tak punya jakun.
Di Indonesia, kebiri sering dibicarakan sebagai hukuman untuk pelaku pelecehan seksual terhadap anak-anak atau pemerkosa yang dinilai biadab.
Ari Rodjani, urolog dari Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan kebiri bisa dilakukan dengan dua teknik, yakni penyuntikan obat dan pembedahan. “Tujuannya sama, mengurangi kadar hormon testosteron,” kata Ari kepada Tempo di kantornya, pekan lalu.
Proses pembentukan hormon testosteron pada pria dimulai dengan perintah dari hipotalamus anterior. Hipotalamus anterior memerintahkan tubuh untuk memproduksi hormon pelutein atau luteinizing hormone.
Pada wanita, hormon ini berfungsi merangsang pengeluaran sel telur dari ovarium. Pada laki-laki, hormon ini disebut interstitial cell stimulating hormone, yang berfungsi memproduksi hormon testosteron.
Kebiri dengan pembedahan otomatis akan melenyapkan “pabrik” hormon androgen pada manusia. Hormon androgen adalah hormon steroid yang merangsang atau mengontrol perkembangan dan pemeliharaan karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon ini juga mendukung aktivitas organ seks dan pertumbuhan karakteristik seks sekunder. Hormon androgen yang paling dikenal adalah hormon testosteron pada pria, dan estrogen pada perempuan.
Cara lain adalah dengan kebiri kimia. Kebiri kimia dilakukan dengan menyuntikkan zat anti-androgen ke tubuh manusia. Penyuntikan biasanya dilakukan di lengan atas. Masuknya zat ini ke pembuluh darah akan membuat hipotalamus anterior terhalangi untuk memproduksi hormon luteinizing. Dengan tiadanya hormon luteinizing, sel dalam testis tak akan terangsang untuk memproduksi hormon testosteron.
Menurut Ari, dalam pengobatan, usaha mengurangi hormon testosteron dilakukan untuk penyakit kanker prostat tingkat lanjut. “Atau penyakit lain yang berhubungan dengan hormon,” kata dia.
Proses kebiri kimia di Rusia dilakukan menggunakan obat Depo Provera, yang berisi progesteron sintetis. Dengan menyuntikkan lebih banyak hormon wanita ke tubuh pria, hasrat seksual pria akan turun. Depo Provera, yang nama generiknya adalah depot medroxyprogesterone acetate, biasanya digunakan untuk mengontrol kehamilan pada wanita subur.
Jadi, ini masuk golongan obat kontrasepsi yang bisa digunakan untuk kebiri kimia. Obat ini disuntikkan ke dalam vena, dengan masa kerja aktif selama 14-15 minggu. Setelah itu, efek obat akan hilang dan perlu disuntik kembali.
“Depo Provera dapat menekan produksi hormon testosteron sehingga menyebabkan menurunnya bahkan hilangnya fungsi hormon itu,” kata Mohammad Hasan Machfoed, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Efeknya beruntun, antara lain dorongan seksual menurun, tidak bisa ereksi, testis mengkerut, produksi sel sperma turun, massa otot menyusut, tulang keropos, mudah lelah, dan payudara membesar.
Orang yang diberi anti-androgen juga akan lebih mudah menderita hipertensi, kencing manis, penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), serta mengalami penuaan dini. “Biasanya, kalau sudah begini, gejala ikutan lainnya adalah migrain, cemas, stres, depresi, dan frustrasi meningkat,” kata Hasan.
Danardi Sosrosumihardjo, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, mengatakan kebiri kimia harus disertai konseling. “Soalnya kan ini sebenarnya bentuk terapi,” kata dia.
Menurut Danardi, selama ini pasien yang datang kepadanya punya keluhan perilaku seks yang tak normal. Salah satu contohnya adalah merasa terangsang saat melihat anak kecil. “Jadi, kalau dari kejiwaan, harus ditekan pelan-pelan dengan perilaku yang lebih positif untuk mengendalikan,” kata dia.
TRI ARTINING PUTRI