TEMPO.CO, Jakarta - Selama ini ada anggapan bahwa platform dengan open source rentan disusupi tangan-tangan jahil. Kekhawatiran itu berkembang setelah platform Android bikinan Google banyak digunakan oleh perangkat digital, seperti ponsel pintar atau tablet.
Di dunia enterprise, kekhawatiran itu juga sempat tumbuh, terlebih bagi perusahaan yang banyak memanfaatkan teknologi cloud computing. Red Hat, penyedia solusi open source, menjamin bahwa open source aman dan adanya kekhawatiran itu berlebihan.
Baca juga:
“Anggapan bahwa open source itu tidak aman salah,” kata Rully Moulany, Country Managing Director PT Red Hat Indonesia, dalam acara berbuka puasa bersama jurnalis di Jakarta, Senin, 27 Juni 2016. “Itu hanya mitos yang saya tidak tahu dari mana. Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu.”
Rully menambahkan, pada saat ini, di dunia komputer enterprise hanya ada dua platform yang banyak digunakan, yakni Windows dan open source. “Open source itu jauh lebih aman. Karena dikembangkan secara bersama-sama. Dikerjakan secara kolaboratif dan transparan,” ucapnya. “Jadi, kalau ada yang nakal, misalnya menyuntikkan sesuatu yang aneh-aneh pasti ketahuan. Langsung terdeteksi oleh komunitas open soure tersebut.”
Red Hat sebagai penyedia solusi open source menjamin piranti lunak yang mereka tawarkan kepada perusahaan sangat aman. “Red Hat adalah principal. Kita yang menggaransi, memberi sertifikasi, yang memastikan bahwa software yang kita berikan kepada pelanggan adalah open source, dan aman,” kata Rully.
Meski begitu, Rully tak menapik bila ada juga open source abal-abal yang dikeluarkan oleh perusahaan antah berantah. “Jadi semua kembali ke perusahaan masing-masing. Di situlah nilai atau value dari Red Hat,” katanya.
FIRMAN