TEMPO.CO, Nusa Dua - Dalam simposium internasional bertajuk "Diaspora Austronesia" yang diselenggarakan di Ayodya Resort, Nusa Dua, Bali, 18-23 Juli 2016, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan bercerita tentang pengalamannya memegang tengkorak manusia purba berumur 1,2 juta tahun. Saat memegang tengkorak itu, ia merasakan ketakjuban yang luar biasa.
"Saat ini kita memasuki tahun 2.000-an Masehi, temuan itu di tanah Indonesia. Jadi di tanah Indonesia ini punya sejarah yang panjang dan temuan-temuan ini membantu kita untuk menyadari itu," tuturnya, Selasa malam, 19 Juli 2016, dalam simposium. Dua tengkorak itu ia pegang langsung saat mengunjungi Museum Manusia Purba Sangiran, Jawa Tengah.
"Saya begitu takjub. Ini adalah sekelompok orang dalam peradaban modern yang berhasil mengelola perbedaan menjadi persatuan. Tentu ada masalah, ada konflik dalam perjalanan ribuan tahun ini," katanya. "Tapi, yang menarik, selalu muncul keseimbangan."
Di Indonesia, penutur Austronesia sudah ada sejak 4.000 tahun silam seiring kedatangan dari Taiwan melalui Filipina. Menurut Anies, Indonesia sebagai salah satu bagian dari Austronesia sangat menarik untuk dipelajari.
Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa mencakup 1.200 bahasa yang dituturkan oleh populasi setengah kawasan dunia. Dari Madagaskar di ujung barat bumi sampai Kepulauan Paskah di ujung timur Pasifik, dari Taiwan dan Mikronesia di batas utara sampai Selandia Baru di batas selatan.
Simposium yang diikuti 200 peserta dari 19 negara di belahan Benua Asia, Amerika, dan Eropa ini berlangsung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebanyak 45 pakar pada bidang Austronesia yang ikut simposium ini terdiri atas arkeologi, antropologi, sejarah, geologi, geokronologi, palinologi, paleoiklim, paleogeografi, paleoantropologi, paleomusikologi, linguistik, dan genetika.
Anies berharap simposium internasional ini mampu mencari akar nilai-nilai lokal yang memiliki suasana kehidupan yang damai dan menghormati lingkungan. "Jadi ini kesempatan untuk kita belajar. Kemudian, harapan para ilmuwan ini bisa menguak sejarah perjalanan manusia di kepulauan ini," ujarnya. "Saya berharap generasi muda berminat untuk mengkaji ini."
Saat simposium, Menteri Anies menyerahkan penghargaan kepada Prof Francois Semah dari Museum National d'Histoire Naturelle, Prancis. Penghargaan tersebut diberikan karena dedikasi dan kontribusi Francois Semah terhadap arkeologi Indonesia.
BRAM SETIAWAN