TEMPO.CO, Yogyakarta- Para netizen di Daerah Istimewa Yogyakarta memanfaatkan teknologi informasi untuk mengawasi kinerja pemerintah melalui media daring. Bahkan para pengguna Internet juga mengawasi transparansi kinerja pemerintah termasuk penggunaan anggaran.
"Para netizen ramai di Yogyakarta bahkan berisik, tetapi pihak pemerintah belum ikut mewarnai hiruk-pikuk di media sosial," kata Adi Novi, anggota PAIJO (paguyuban admin Jogja), saat diskusi Netizen Jogja Rembugan bertema "Optimasi IT untuk Pelayanan Publik", Minggu, di pendopo Nde Luweh, Kotagede Yogyakarta, 14 Agustus 2016.
Ia menyatakan, penetrasi pengguna media sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup besar. Sayangnya pemerintah daerah belum banyak ikut mewarnai dan aktif bersuara. Alangkah baiknya jika pemerintah juga cerewet soal kebijakan di media sosial. Sehingga masyarakat tahu persis apa yang dilakukan oleh institusi pemerintahan.
Keberadaan teknologi informasi seharusnya bisa memudahkan masyarakat untuk mengakses aneka layanan pemerintah. Melalui tata kelola informasi yang baik, teknologi informasi bisa mendorong adanya transparansi publik dan memudahkan masyarakat untuk mengaksesnya.
Menurut Eko Suwanto, Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta, hadirnya keterbukaan informasi bisa mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik, dengan zero tolerance for corruption, tak ada tindak pidana korupsi.
"Lewat teknologi informasi, masyarakat bisa mudah mendapatkan informasi dan pelayanan. Tantangannya bagaimana mewujudkan teknologi informasi yang bisa memurahkan biaya dan memudahkan pelayanan publik," kata Eko Suwanto.
Selama ini ada ego sektoral pejabat di pemerintah dan masih kuat. Dalam mengelola data dan informasi yang ada, ke depan untuk pelayanan yang optimal. Seharusnya, pelayanan publik secara perlahan harus mulai berubah. Integrasi data yang berserak di banyak dinas harus mulai tertata.
Maka, para netizen di Yogyakarta diajak untuk menemukan model yang baik untuk aneka pelayanan publik. Sebab Yogyakarta terkenal dengan lahirnya para ahli teknologi informasi.
Dialog yang diikuti oleh para netizen baik blogger, pegiat media sosial dan warga ini menghadirkan pula Rony Primanto Hari, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Daerah Istimewa Yogyakarta dan para pejabat daerah.
Imam Priyono, Wakil Wali Kota Yogyakarta menyebutkan keberadaan para netizen sangat strategis dalam mewarnai dinamika wacana publik. Jika selama ini ada anggapan bahwa pelaku media sosial hanya sibuk dengan gawainya dan dunia sendiri, itu tidak tepat. "Netizen juga mempromosikan pariwisata, potensi ekonomi, potensi budaya dan tidak jarang melakukan kritik," kata dia.
Rony Primanto Hari menyatakan telah mencanangkan program Jogja Cyber Province, yaitu memberikan dukungan teknologi informasi sesuai kebutuhan publik. Sejumlah pelayananan informasi yang terkelola dalam teknologi informasi , di antaranya layanan Jogja belajar, agricenter, visitingjogja, fishery bussiness centre, jogjabisnis, bursakerja online, jogja sehat dan jogja invest.
"Kalau dukungan infrastruktur kita sudah bangun 30 kilometer fiber optik yang menghubungkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Juga ada data center seluas 42 meter persegi yang menyimpan data untuk perencanaan pembangunan," kata Rony.
MUH SYAIFULLAH