TEMPO.CO, Purworejo - Para ahli arkeologi membantah bahwa temuan batu berundak di bukit Pajangan, Makem Dowo, Sidomulyo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, merupakan bagian dari sebuah candi atau pundek berundak.
Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo, yang telah meninjau kawasan itu, mengatakan pihaknya tidak menemukan tanda adanya sentuhan manusia pada temuan batu berundak tersebut, seperti bekas tatahan atau sisa pengerjaan yang menempel pada batu. “Kami simpulkan itu batu biasa jenis andesit,” kata Marsis kepada Tempo, Kamis, 18 Agustus 2016.
Di samping tidak menemukan adanya tanda-tanda sentuhan manusia, para ahli baik dari bidang arkeologi dan geologi, juga tak menemukan satu artefak pun di sekitar batu berdimensi 75 meter kubik itu yang bisa sebagai bukti pendukung keberadaan adanya situs arkelogi.
Marsis menjelaskan batuan berundak yang oleh sebagian orang diduga sebagai bagian dari candi, hanyalah lapisan batuan biasa yang baru tampak akibat tanah di atasnya terkena longsor.
Batu berundak yang mirip layaknya candi itu muncul setelah terjadinya longsor pada 19 Juni 2016. Temuan batu berundak yang serupa dengan candi itu menjadi perbincangan di media sosial, setelah fotonya tersebar di Facebook. Bahkan sebagian ada yang mengatakan temuan candi ini lebih besar dan tua dibanding Candi Borobudur.
Marsis menambahkan, batuan di bukit itu memang seperti berundak karena proses alamiah geologi di masa lampau. Ia menyebutnya sebagai proses columnar joint atau pembentukan/penggabungan tiang-tiang kekar yang terbentuk akibat magma dalam perut bumi keluar lalu mengalami pendinginan dan menyusut. Penyusutan ini akhirnya membentuk lapisan-lapisan seperti berundak.
“Pembentukan tiang columnar joint ini bisa terjadi secara vertikal ke arah bentuk heksagonal, atau kalau secara horizontal bentuknya seperti lapisan berundak ini,” ujar Marsis.
Magma material batuan ini diprediksi kuat berasal dari proses vulkanis bekas Pegunungan Menoreh purba yang cakupannya meliputi sampai Kabupaten Purworejo dan Kulonprogo. Jika di bagian timur, proses columnar joint itu membentuk formasi batuan seperti di Kecamatan Sentolo dan Naggulan Kulonprogo.
Namun Marsis mengaku tak mengetahui usia persis lapisan batuan di Purworejo dengan bentuk berundak itu. Pihaknya pun tak punya rekomendasi apapun terhadap Pemerintah Purworejo.
Senada dengan Marsis, Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto, yang juga telah mendatangi lokasi temuan batu berundak itu juga mempunyai kesimpulan yang sama. “Bukan mengarah pada situs candi atau artefak sejarah purbakala lain,” katanya.
PRIBADI WICAKSONO