TEMPO.CO, Surabaya – Remaja penderita facial cleft alias wajah sumbing, Tutik Handayani, diperbolehkan pulang pascaoperasi di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya, Kamis siang 25 Agustus 2016. Gadis berusia 16 tahun itu kembali ke tempat tinggalnya di Desa Urang Gantung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang sekitar pukul 09.00 WIB, bersama dengan rombongan Asosiasi Penyandang Cacat Indonesia cabang Lumajang.
“Sepuluh hari lagi nanti dia harus datang untuk kontrol di poli bedah plastik,” ujar Direktur Utama RS Unair Prof Dr Nasronudin saat dihubungi Tempo, Kamis, 25 Agustus 2016. Jika hasilnya bagus, kata Nasron, jahitan di wajahnya memungkinkan untuk dilepas. Bahkan, Tutik bisa segera dioperasi kembali dalam dua hingga hari berikutnya.
Baca berita sebelumnya: Selain Lisa, Ini Kasus Face Off Jilid 2
Namun, Nasron menekankan agar Tutik meluangkan waktu yang cukup untuk beristirahat agar kondisinya cepat pulih sehingga ia bisa menjalani operasi lanjutan. “Tentu saja harus istirahat cukup, tapi nggak ada pantangan khusus untuk makanan, kok.”
Selain itu, tim dokter meminta keluarga gadis yang bercita-cita menjadi penceramah agama itu supaya berhati-hati terhadap kulit baru Tutik. Sebab, adik angkat dia bisa saja gemas melihat wajah barunya. “Tidak harus steril, tapi dijaga biar adiknya tidak menyentuh atau menggaruk mukanya,” tutur Nasron.
Selanjutnya, operasi kedua akan lebih difokuskan pada bagian bola mata. Kelainan yang dia derita membuatnya mengalami gangguan penglihatan. Penyebabnya, bola matanya tak terbentuk secara sempurna. Kelopak matanya sebelah terbuka, tapi ada sebentuk selaput yang menutupi sehingga ia tak dapat melihat.
Sedangkan bola mata sebelah kanannya mengecil, sehingga tak merespon cahaya. “Nanti di operasi kedua, tim dokter akan mengkondisikan rongga bola matanya supaya mendekati kewajaran,” tutur Nasron.
Operasi kedua ini, kata dia, memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi sebab berhubungan dengan bagian tulang pipi. Hal ini berbeda dengan operasi tahap pertama yang berkaitan dengan jaringan dan kulit di bagian pipi.
Pada kasus wajah sumbing Tutik, tim dokter berupaya mempertemukan jaringan sehat untuk menutup jaringan tidak lengkapnya. “Karena jaringan wajahnya tidak lengkap sejak dari lahir, meskipun sehat,” kata Ketua tim dokter rekonstruksi wajah RS Unair dr. Indri Lakshmi Putri, Sp.BP-RE (KKF).
Dokter yang karib disapa Putri itu menambahkan, timnya akan mengambil pengganti dari tulang pada bagian tubuhnya yang lain. “Kami ambilkan dari tulang bagian panggul untuk defek tulang wajahnya karena terdapat celah wajah terutama pada tulang-tulangnya,” tutur dia.
Sebelumnya, Tutik menjalani operasi rekonstruksi wajah pada Kamis, 18 Agustus 2016 lalu. Tutik sendiri mengalami facial cleft sejak lahir pada 5 November 1999 silam. Rahang atasnya tak terbentuk sempurna, sehingga ia kesulitan berbicara. Tak ada bibir yang menutupi, sehingga semua bagian atas giginya terlihat. Sementara itu, bibir bawahnya tertarik ke kiri. Untuk sekadar menutup mulut saja, Tutik mengalami kesulitan.
(Masih ingat dengan kasus face off dengan pasien bernama Lisa? Ini adalah kasus yang mirip. Baca kasus Lisa di sini)
ARTIKA RACHMI FARMITA