TEMPO.CO, Lumajang - Tutik, 16 tahun, berbaring dengan memeluk guling di ruang tidur kamar depan di rumahnya, Jumat siang itu, 26 Agustus 2016. Rumah sederhana yang berada di ujung gang sebuah jalan dusun di Desa Uranggantung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berlantai keramik berdinding tembok yang dihias itu dihuni empat orang saja. Tutik, Fatmawati, ibunya; bapak tirinya serta seorang adik angkat yang belum genap berusia 2 tahun.
Tutik adalah pasien facial cleft, penyakit kelainan pada wajah yang dideritanya sejak lahir. "Kamis sore (pekan lalu) pulang dari rumah sakit di Surabaya," kata Fatmawati kepada Tempo di rumahnya, Jumat 26 Agustus 2016.
Baca berita sebelumnya: Selain Lisa, Ini Kasus Face Off Jilid 2
Tutik baru menjalani operasi tahap pertama dari rencana empat tahap operasi untuk mempermak wajahnya yang kerap membuat takut anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Ada sepuluh rumah lain yang berada di gang yang sama dengan rumah yang ditempati Tutik bersama keluarganya itu.
"Sejak kecil sampai sekarang, Tutik jarang keluar," kata Fatma, sapaan akrab Fatmawati yang kini berusia 36 tahun itu.
Fatma melahirkan Tutik di umur 20 tahun. Fatmawati sempat harus bolak-balik menjadi tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan Tutik yang dititipkannya kepada ibunya, Masyiah. "Ketika Tutik masih berumur delapan bulan, saya harus berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga," tuturnya.
Fatmawati tidak bisa setiap tahun pulang untuk menjenguk anak semata wayang yang lahir dari rahimnya itu. Biasanya dua atau tiga tahun sekali dia pulang. Dua minggu hingga satu bulan di Lumajanh kemudian berangkat lagi ke Arab Saudi. Baru 2012 lalu, Fatmawati pulang ke Lumajang untuk tidak kembali lagi ke Malaysia. Kepada majikannya sebenarnya dia berjanji akan balik ke Arab Saudi. Namun dia berubah pikiran dan tidak kembali bekerja menjadi TKI lagi.
Sepulangnya dari Arab Saudi, Fatmawati memilih untuk berjualan makanan kecil di sekolah tak jauh dari rumahnya. Bagi Fatmawati, yang penting dia bisa menjaga Tutik yang sudah belasan tahun dia tinggalkan untuk bekerja di Arab Saudi. Keuntungan dari hasil berjualan itu cukup untuk makan sehari. Sedangkan suaminya seorang buruh tani di desa tersebut. Tutik merupakan buah cintanya dengan suaminya yang pertama.
Suami pertamanya meninggal dunia dan kini Fatmawati menikah lagi. Dengan suaminya yang sekarang, Fatmawati belum dikaruniai anak. Bagi Fatmawati, saat ini dia hanya ingin mendampingi Tutik dalam menjalani serangkaian operasi wajah. "Tutik ingin sekolah. Dia punya kemauan besar untuk sekolah," katanya.
Fatmawati tidak pernah mendengar keinginan lain dari anaknya selain sekolah. "Mungkin dia kasihan dengan saya. Dia ingin sekolah dan ingin bekerja untuk membantu saya. Dia ingin jadi penjahit," kata Fatma.
Sejak kecil, Tutik hampir tidak pernah keluar rumah. Sehari-hari selalu di dalam rumah. Anak-anak kecil di sekitar rumah Tutik menangis dan takut ketika melihat wajah Tutik. "Daripada membuat takut anak kecil, ketika ada tamu, Tutik saya suruh masih ke dalam kamar," ujarnya.
Menurut dia, kebiasaan seperti itu berlaku hingga Tutik menginjak usia remaja seperti sekarang ini. Kepada anaknya itu, Fatmawati hanya bisa mengajari anaknya untuk salat dan hapalan surat-surat pendek Alquran.
Mata Tutik sudah tidak berfungsi lagi. Sejak kecil, Tutik sudah kehilangan penglihatannya. Fatmawati sempat menceritakan hasil pemeriksaan dokter di Surabaya ihwal hal tersebut. "Rencananya ada yang mau donor mata untuk Tutik," ujar Fatmawati.
Kendati kehilangan penglihatannya sejak kecil, Tutik gadis yang mandiri. Sejak kecil sudan diajari mandi sendiri. Bahkan, saat ini, dia yang menyuapi adiknya yang masih balita itu. "Ketika saya tinggal berjualan di sekolah. Tutik yang menjaga adiknya di tumah. Dia juga yang menyuapi adiknya," katanya.
Dalam beberapa bulan mendatang, Tutik akan kembali menjalani operasi tahap berikutnya. "Kamis besok akan ke Surabaya untuk kontrol jahitan," ujarnya.
Fatmawati memperkirakan dua bulan mendatang Tutik baru akan menjalani operasi tahap berikutnya. Seluruh biaya menjalani operasi dan perawatannya sudah ada yang menanggung. Tutik juga sempat dijenguk Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf saat di rumah sakit di Surabaya.
Kepada Gus Ipul sapaan akrab wagub, Tutik juga sempat mencurahkan keinginannya untuk bisa bersekolah. "Dia sudah ungkapkan sendiri kepada Pak Wakil Gubernur," ujar Fatmawati. Hingga bulan-bulan mendatang Tutik tengah menanti tahap operasi permak wajah. Menurutnya, Tutik tidak takut menjalani seluruh operasi. "Tidak akan mati kalau hanya operasi wajah."
DAVID PRIYASIDHARTA
