TEMPO.CO, Jakarta - Perserikatan Internasional untuk Konservasi Alam dan Sumber Daya (IUCN) memasukkan gorila timur (Gorilla beringei) ke dalam kategori hewan kritis. Populasinya primata terbesar yang sebelumnya digolongkan spesies terancam ini mengalami penyusutan lebih dari 70 persen hanya dalam dua dekade.
Status kritis menunjukkan gorila timur itu hanya tinggal “selangkah” lagi masuk ke barisan hewan yang punah. Laporan yang disampaikan dalam Kongres Konservasi Dunia di Hawaii, 4 September, menyebutkan perburuan ilegal menjadi penyebab populasi gorila timur merosot tajam. Populasi gorila yang memiliki dua subspesies itu kini diperkirakan kurang dari lima ribu ekor.
Inger Andersen, Direktur Jenderal IUCN, mengatakan pembaruan status hewan dalam Daftar Merah IUCN menunjukkan krisis kepunahan global meningkat. “Mengetahui bahwa gorila timur, salah satu kerabat terdekat manusia, sedang menuju kepunahan adalah hal yang sangat menyedihkan,” ujarnya seperti ditulis laman IUCN.
Penurunan populasi Gorila Grauer (G. b. graueri), salah satu subspesies gorila timur, diperkirakan mencapai 77 persen sejak 1994. Jumlahnya menyusut dari 16.900 ekor hingga tinggal sekitar 3.800 pada 2015.
Kondisi sepupunya, gorila gunung (G. b. graueri), membaik meski populasinya jauh lebih sedikit. Jumlah gorila ini dilaporkan meningkat dan diperkirakan mencapai 880 ekor.
Masuknya nama gorila timur ke dalam daftar hewan kritis menambah pelik masalah yang dihadapi keluarga kera besar. Saat ini empat dari enam spesies kera besar – gorila timur, gorila barat, orangutan Kalimantan, dan orangutan Sumatera – masuk dalam daftar kritis. Adapun simpanse dan bonobo dikategorikan sebagai satwa terancam.
Andersen mengatakan konservasi berperan besar untuk memperbaiki kondisi yang dialami hewan-hewan kritis tersebut. “Kitalah yang bertanggung jawab kita untuk mengubah situasinya dan melindungi masa depan planet ini,” ujar dia.
IUCN juga melaporkan populasi sejumlah mamalia, seperti zebra padang dan antelop Afrika, mengalami penyusutan besar dan semakin terancam. Daftar Merah IUCN saat ini memuat 82.954 spesies hewan dan tumbuhan, sekitar 23 ribu di antaranya berada dalam status terancam menuju kepunahan.
Menurut Carlo Rondinini, koordinator pengawasan mamalia dari Sapienza University, Roma, data baru dari IUCN ini dapat dipakai sebagai pedoman konservasi spesies yang terancam. “Perburuan ilegal dan penyusutan habitat adalah ancaman utama yang membuat banyak mamalia terjerumus menuju kepunahan,” katanya.
IUCN | SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA