TEMPO.CO, Jakarta - Transistor menjadi komponen berharga dalam perkembangan perangkat elektronik dan komunikasi. Ukurannya terus menyusut namun kinerjanya semakin baik. Lebih dari satu dekade para ilmuwan mencari cara untuk terus memperkecil ukuran transistor.
Saat ini, sudah ada nanotransistor dengan ukuran 5 nanometer yang beredar di pasar. Para peneliti di Lawrence Berkeley National Laboratory (Berkeley Lab) berhasil menciptakan transistor terkecil berukuran hanya 1 nanometer, 50 ribu kali lebih kecil daripada diameter rambut manusia.
Hasil riset mereka sudah dipublikasikan dalam jurnal Science, 6 Oktober 2016. “Kami berhasil membuat transistor berukuran 1 nanometer,” kata Ali Javey, peneliti utama di Berkeley Lab. “Dengan pemilihan material yang tepat, masih ada peluang untuk memperkecil perangkat elektronik kita.”
Para peneliti menggunakan kombinasi carbon nanotube dan molybdenum disulfide (MoS2), pelumas mesin yang biasa dijual di toko otomotif. Senyawa MoS2 adalah bagian dari material yang juga dipakai pada sejumlah aplikasi seperti lampu light-emitting diode (LED), laser, transistor berukuran nano, hingga sel panel surya.
Menurut Sujay Desai, peneliti yang terlibat dalam riset itu, industri semikonduktor masih menganggap transistor berukuran di bawah 5 nanometer tak berfungsi. Temuan mereka justru menunjukkan transistor yang lebih kecil juga bisa bekerja.
“Industri teknologi sudah menggunakan segala cara untuk memperkecil transistor silikon,” kata Desai yang juga merupakan murid Javey. “Dengan mengganti material silikon ke MoS2, kami bisa membuat transistor berukuran 1 nanometer dan mengoperasikannya seperti tombol.”
Pengembangan teknologi transistor ini menjadi kunci penting dalam dunia elektronik. Munculnya transistor yang semakin kecil juga memperkuat prediksi Gordon Moore, salah satu pendiri Intel, yang menyebutkan densitas alias kerapatan transistor di dalam sirkuit terintegrasi akan berlipat ganda setiap dua tahun. Hal inilah yang membuat kinerja laptop, smartphone, televisi, dan perangkat elektronik lain terus meningkat.
UC BERKELEY | SCIENCEALERT | GABRIEL WAHYU TITIYOGA