Telomere yang panjang memungkinkan sel membelah diri lebih sering dan membuat manusia berkembang. Seiring dengan berjalannya waktu, telomere menjadi terlalu pendek untuk dapat berfungsi normal, sehingga memicu penuaan sel. Selain faktor usia, telomere bisa memendek karena dampak stres, kebiasaan merokok, kurang berolahraga, dan pola makan buruk.
Jadi, berapa lama sebenarnya durasi hidup manusia? Sejumlah ilmuwan ragu akan ada manusia yang bisa memecahkan rekor Calment. Laporan di jurnal Nature edisi Oktober lalu menyebutkan rentang hidup maksimal manusia secara alami sudah mencapai batasnya.
Riset yang dipimpin Jan Vijg, ahli genetika dari Albert Einstein College of Medicine, New York, itu menganalisis data demografi dari 40 negara. Mereka menemukan laporan kematian para centenarian—manusia yang menembus umur 100 tahun—di Prancis, Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris meningkat drastis pada periode 1970-1990. Usia tertua yang tercatat kala itu 114,5 tahun. Tren laporan kematian para centenarian menurun setelah era 1990-an, namun usia puncaknya masih 115 tahun.
Vijg dan timnya menyimpulkan bahwa ambang durasi hidup manusia secara alami adalah 115 tahun. Kecil kemungkinan akan ada manusia yang melewati batas tersebut, seperti Calment. Peluangnya bahkan kurang dari 1 : 10.000. “Durasi hidup kita sudah maksimal, manusia tak akan lebih tua dari 115 tahun,” kata Vijg.
Menurut Henne Holstege, peneliti centenarian dari VU University, Amsterdam, tampaknya ada batasan hidup yang tak bisa diatasi dengan obat-obatan modern. Intervensi medis pada serangan jantung, misalnya, bisa memperpanjang usia manusia. “Namun para centenarian tak hanya bergantung pada jantung, tapi juga sistem tubuh yang semakin lama kian lemah,” kata Holstege. “Jika bukan karena serangan jantung, Anda mati karena sebab lain.”
Selanjutnya: Laporan Vijg dan timnya memicu perdebatan...