TEMPO.CO, Krapina - Bebatuan dari situs Neanderthal Krapina baru-baru ini dianalisa sejumlah ahli dari Museum Sejarah Alam Kroasia, Akademi Ilmu Pengetahuan dan Seni Kroasia serta Universitas Kansas, AS.
Di situs Kroasia di Krapina sekitar 130.000 tahun lampau, di antara banyak barang terdapat pecahan batu gamping yang digali oleh geologis dan arkeolog Dragutin Gorjanovi-Kramberger antara tahun 1899 dan 1905. Batu itu memiliki panjang 9,19 cm, lebar 6,61 cm, dengan dengan ketebalan maksimal 1,69 cm dan ketebalan minimal 3,1 mm.
Baca: 3 Siswa Indonesia Juara di Google Code-in 2016
“Lebih dari 1.000 peralatan batu (lithic items) di Krapina, kami duga dikumpulkan dan tidak diproses lebih jauh oleh Neanderthal karena atribut keindahannya,” kata para peneliti. “Jika kita berjalan dan mengambil bebatuan ini, kita akan membawanya pulang ke rumah. Ini adalah batu yang menarik,” ujar David Frayer, Profesor Emeritus Antropologi Universitas Kansas.
Pada 2015, Profesor Frayer dan koleganya menerbitkan sebuah artikel tentang sekumpulan cakar elang dari situs Neanderthal Krapina yang meliputi tanda-tanda potongan yang dibentuk dalam sebuah potongan perhiasan.
Baca:ITS Ciptakan Pemantau Udara Berharga Lebih Murah
“Orang kerap mendefinisikan Neanderthal tidak memiliki perasaan estetika apa pun. Dari situs Krapina sesungguhnya kita mengetahui mereka mengoleksi cakar burung elang dan bebatuan,” kata Profesor Frayer, penulis makalah penemuan itu yang diterbitkan dalam Jurnal Comptes Rendus Palevol edisi November/December 2016. Di situs lainnya, para peneliti menemukan Neanderthal mengumpulkan kerang dan menggunakan pigmen kerang.
Penemuan ini tampaknya kecil dibandingkan penemuan lainnya, seperti manusia modern 25.000 tahun silam membuat lukisan gua di Prancis. Bagaimana pun, ini menambah bukti bahwa Neanderthal mampu menentukan makna simbolis ke dalam benda-benda dan berupaya mengoleksinya,” ujar Profesor Frayer.
Baca: Kamera Tercepat Berhasil Diciptakan, Bisa Rekam Pulsa Cahaya
SCIE-NEWS | HOTMA SIREGAR