TEMPO.CO, Jakarta - Sering kali kita berpikir bahwa melawan penuaan hanya sebatas merawat kulit. Sebuah penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan di jurnal Molekular dan Seluler Proteomik menunjukkan bahwa mengurangi asupan makanan dapat memperlambat proses penuaan.
Peneliti menemukan bahwa melambatnya ribosom—pabrik kecil dalam sel yang menghasilkan protein—akan memperlambat pula proses penuaan. Ketika kerjanya melambat, ribosom akan memiliki waktu tambahan untuk memperbaiki diri.
"Sama seperti mobil, ribosom membutuhkan perbaikan berkala untuk mengganti bagian-bagian yang rusak dengan yang baru," kata John Price, peneliti sekaligus dosen biokimia di Universitas Brigham Young.
Price dan timnya meneliti dua kelompok tikus, satu dengan akses makanan tak terbatas dan satu lagi dengan pemotongan kalori sebanyak 35 persen, tapi tetap diberikan nutrisi yang cukup untuk bertahan hidup.
Mereka menemukan bahwa pengurangan asupan kalori ternyata malah memperpanjang umur tikus. Price dan timnya mampu membuktikan bahwa pengurangan kalori tersebut turut memperlambat produksi protein dan penuaan sel-sel tubuh.
"Tikus-tikus yang dikurangi kalorinya lebih energik dan menderita lebih sedikit penyakit daripada tikus yang memiliki akses makanan tak terbatas," ucap Price.
Layaknya mobil, produksi ulang ribosom yang rusak dalam tubuh akan sangat “mahal” karena membutuhkan total 10-20 persen sel tubuh untuk memproduksinya kembali. Ditambah lagi, produksi protein akan berkurang dengan matinya ribosom-ribosom yang rusak.
Namun, dengan perbaikan berkala, yaitu mengganti bagian-bagian ribosom yang rusak dengan yang baru, ribosom akan mampu lebih lama menghasilkan protein tanpa membutuhkan banyak sel tubuh.
Yang perlu diingat, pemotongan kalori bukan berarti obat awet muda yang mujarab. Penelitian ini belum diuji terhadap manusia, sehingga hasilnya mungkin tidak seefektif pada tikus.
"Yang penting, penelitian ini mampu mengajak kita untuk lebih bijaksana dalam memilih makanan," tutur Price.
SCIENCEDAILY | ZARA AMELIA | NS