TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, beberapa daerah di Sumatera Utara belakangan ini diguncang gempa beberapa kali. Terakhir, gempa terjadi pada Selasa dinihari, 14 Februari 2017, pukul 03.35 WIB di Deli Serdang dengan magnitudo 5,2.
“Berdasarkan peta tektonik setempat, di zona ini memang terdapat beberapa struktur sesar,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono lewat keterangan tertulis, Selasa, 14 Februari 2017.
Baca:
Kelompok Simpanse Ini Membunuh dan Memakan Pemimpinnya
Terbesar di Dunia, Pesawat Airlander 10 Kembali Beroperasi
Peneliti Ciptakan Baterai Cair yang Bisa Tahan 10 Tahun
Pusat gempa terbaru Deli Serdang berada sekitar 35 kilometer arah barat daya Kota Medan pada kedalaman 10 kilometer. Guncangan lewat tengah malam tersebut terasa di Medan, Binjai, Pancurbatu, Bangunpurba, Sibolangit, Bandarbaru, Kualasiluman, Tanjungmerowa, dan Brastagi. Guncangan itu berskala II versi BMKG atau III-IV MMI.
Gempa Deli Serdang tersebut, menurut Daryono, terjadi akibat aktivitas sesar aktif. Pada zona tersebut, terdapat beberapa struktur sesar. Tingginya aktivitas gempa pada suatu wilayah menandakan adanya medan tegangan batuan kulit bumi.
“Sehingga pada bagian batuan lemah akan mengalami pergeseran patahan yang dimanifestasikan sebagai gempa,” ucap Daryono.
Setiap aktivitas gempa yang terjadi merupakan tahapan pelepasan energi yang sudah terkumpul sejak lama. Di zona gempa Deli Serdang, proses ini berlangsung secara bertahap dalam bentuk aktivitas gempa-gempa kecil dan tidak sekaligus muncul sebagai gempa besar.
Proses alam seperti itu berkaitan dengan karakteristik batuan dan sumber gempa setempat. Terjadinya pelepasan energi tegangan kerak bumi dalam bentuk gempa-gempa kecil diharapkan bisa menguras energi gempa secara berangsur hingga habis.
“Gempa Deli Serdang akhir-akhir ini murni akibat aktivitas tektonik, bukan gempa vulkanis atau karena aktivitas gunung api,” tuturnya.
ANWAR SISWADI