Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Akses Lokal di Mana-mana

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta: BAGI pengusaha sebuah biro wisata di Jakarta seperti Hendra, sarana telekomunikasi yang praktis dan efisien adalah suatu keharusan. Komunikasi yang andal, koordinasi yang cepat dan konfirmasi yang gegas adalah tipikal pekerjaannya sehari-hari. Jika tidak, resikonya sangat fatal: klien atau konsumen akan meninggalkan biro wisatanya satu per satu.Pada awalnya ia mengandalkan layanan telepon seluler GSM (global system for mobile communications) untuk menangani semua itu: membekali semua stafnya yang bekerja di kantor maupun yang bertugas di lapangan dengan telepon genggam. Dari segi kepraktisan dan mobilitas jelas sudah tak masalah. Semuanya oke-oke saja.Tapi masalahnya baru terasa ketika di penghujung bulan tagihan telepon datang. "Angka-angka yang ada di tagihan itu jelas tidak membuat saya happy. Kalau dihitung-hitung, sungguh tidak feasible dan memperburuk margin keuntungan yang diperoleh," ujarnya.Munculnya Telkom FlexiNamun sebuah kabar gembira muncul tiga tahun lalu. Tepatnya akhir Mei 2003, Kota Jakarta mendadak dijangkiti demam baru: Demam Flexi! Mulai dari tukang becak, ibu rumah tangga hingga lapisan masyarakat kelas menengah, ramai membicarakan produk baru PT Telkom Indonesia Tbk, yaitu Flexi. Dengan menggunakan teknologi CDMA 2000 1x, Flexi hadir mirip telepon GSM dengan tarif pulsa lokal. Hendra langsung menyambar produk ini dan mengganti semua ponsel GSM yang selama ini digunakan oleh para stafnya dengan ponsel CDMA sehingga bisa menggunakan layananan Flexi. "Ini ibarat telepon lokal yang bisa dibawa ke mana-mana. Biayanya pun sama dengan telepon biasa," ujar Hendra bersemangat.Kehadiran Flexi memang mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Flexi dirasakan sebagai solusi yang tepat bagi kebutuhan telepon lokal masyarakat.Telkom melalui Divisi Fixed Wireless memanfaatkan CDMA sebagai telepon fixed wireless digital yang digunakan sebagai telepon rumah (fixed phone) dan telepon bergerak (mobility). Layanan fixed wireless berbasis CDMA yang diberi brand TelkomFlexi sebagai telepon bergerak terbatas dalam satu kode area. Hal ini dimungkinkan karena TelkomFlexi memiliki fitur limited mobility. Untuk menjadi pelanggan Flexi sudah tersedia layanan "prabayar" yang disebut FLEXITrendy dan pascabayar yang disebut juga dengan FLEXIClassy. Pelanggan FLEXIClassy dapat menggunakan terminal yang beroperasi dengan kartu (RUIM) dan nomor yang diinjeksikan ke dalam terminal alias perangkat telepon. Flexi juga menyediakan layanan-layanan content berbasis SMS dan WAP dengan banyak kategori layanan, seperti astrologi, info, fun, games, berita olahraga, berita umum, jajak pendapat, kuis, religi, misteri dan lain sebagainya. Layanan content disediakan oleh Flexi bekerjasama dengan content provider dengan menggunakan tarif premium yang telah diberitahukan. Ada sejumlah alasan mengapa Telkom merancang Flexi. Pertama, sejak zaman kemerdekaan pelanggan telepon kabel hanya 9,5 juta sambungan, sementara telepon seluler GSM misalnya, sejak tahun 1995 sampai sekarang sudah meraih pelanggan sekitar 40 juta orang. Kedua, Telkom luncurkan produk Flexi ketika keran regulasi bidang telekomunikasi dirombak besar-besaran. Jika sebelumnya Telkom yang menjadi monopoli layanan telepon, tetapi sekarang siapa pun boleh bermain dalam bidang ini. Atas dasar ini, Telkom melirik bidang telepon tanpa kabel dengan meluncurkan Flexi. Namun, menurut Hendra, masih ada sedikit masalah lagi soal Flexi ini. Karena sifatnya yang lokal dan menggunakan kode area lokal, ponsel Flexi tak bisa dibawa ke luar kota. "Padahal, ada staf saya yang harus memandu tamu berwisata ke berbagai provinsi tak bisa menggunakan telepon Flexinya," ujarnya.Solusi FlexiComboSolusi FlexiCombo yang kemudian ditawarkan Telkom, menurut dia, berhasil mengatasi masalah tersebut. Satu nomor Flexi bisa ditambahi tiga nomor kode area berbeda, sehingga masih bisa dipakai di kota-kota tertentu. Tapi tetap saja belum menjawab persoalan jika dibawa ke kota yang belum mengakomodasi FlexiCombo.Harapan orang seperti Hendra akhirnya terwujud pada awal Agustus lalu. Telkom meluncurkan layanan Flexi Combo versi mutakhir yang dapat digunakan pada 200 kota di Indonesia dengan tarif lokal.Direktur Utama Telkom Arwin Rasyid mengatakan, layanan Flexi Combo memberikan keleluasaan bagi pelanggan untuk melakukan komunikasi. Selain mendapatkan satu nomor induk, pelanggan juga dapat mendaftarkan dua nomor temporer pada kode area lain yang akan dikunjungi. "Sehingga pelanggan dapat berkomunikasi dengan tarif lokal di kota yang telah didaftarkan," kata Arwin Rasyid di Grha Cipta Caraka Jakarta. (Koran Tempo, 3 Agustus 2006).Arwin menjelaskan dua nomor temporer tersebut dapat diubah setiap saat oleh pelanggan jika hendak bepergian ke kota lainnya dengan masa waktu tiap nomor tiga hari melalui pesan singkat ke nomor 777. Sedangkan tagihan yang dibebankan kepada pelanggan akan dijadikan satu dengan nomor induk. "Berbeda dengan Flexi Combo sebelumnya yang membebankan tagihan secara terpisah pada tiga nomor berbeda yang didaftarkan pelanggan," ujarnya.Menurut Direktur Consumer Market Telkom Guntur Siregar, setelah pelanggan tiba di kota yang telah didaftarkan melalui pesan singkat, kode area layanan fleksinya berubah sesuai kode area kota tersebut. Saat menerima telepon di kota yang disinggahi, pelanggan dikenai tarif Rp 250 per 30 detik. "Namun untuk panggilan ke nomor telepon lokal pelanggan tarif yang dikenakan kepada pelanggan adalah tarif lokal," katanya. "Ini ajaib. Inovasi Telkom ini telah menjawab semua masalah komunikasi yang dibutuhkan oleh orang seperti saya. Staf saya bisa tetap berkomunikasi dengan Flexinya walaupun sedang berada di kota manapun di Indonesia," ujarnya gembira.Fenomena ini menunjukkan kerja keras dan inovasi Telkom dalam menghadirkan layanan telepon tetap nirkabel di mana-mana: mulai dari hanya bisa digunakan di kota saja, lalu pada tiga kota, dan kini pada 200 kota di Indonesia!Mengapa CDMASemua itu sangat dimungkinkan oleh versi mutakhir teknologi bernama CDMA (code division multiple access) yang dinamakan CDMA2000 1x. Dari sisi pengguna, setidaknya ada sepuluh alasan untuk memilih teknologi CDMA:1. Layanan CDMA menawarkan tarif lokal. Bagi kalangan bisnis yang mengandalkan komunikasi lokal dalam menjalankan bisnisnya, penggunaan layanan ini tentulah sangat efisien.2. Telepon sekualitas telepon tetap yang bisa dibawa bergerak. Penomorannya mengikuti gaya telepon tetap yakni menggunakan kode area.3. Alternatif menarik sebagai pengganti nomor telepon tetap yang semakin terbatas ketersediaannya. Handset-nya pun bisa menggunakan terminal telepon tetap.4. Suaranya lebih jelas. Teknologi CDMA memungkinkan suara percakapan di handset lebih jelas dan jernih.5. Daya pancar CDMA lebih kuat sehingga telepon seluler CDMA yang lemah pun tetap akan menangkap sinyal penuh.6. Beroperasi pada multifrekuensi. Bisa bekerja pada frekuensi 1.900 MHz, 1.800 MHz, 900 MHz, 800 MHz, bahkan pada frekuensi 450 MHz, tanpa kendala dalam mutunya.7. Kemampuan transfer datanya jauh lebih cepat dibanding GSM/GPRS. Itulah sebabnya Internet yang menggunakan akses CDMA memiliki akses lebih cepat.8. Bisa dihubungi langsung dari telepon tetap karena bernomor lokal. Seperti diketahui, untuk penghematan telepon di kantor atau rumah, akses ke nomor interlokal dan handphone ditutup.9. Bagi yang suka mobile ke luar kota bisa memilih layanan FlexiCombo yang bisa digunakan di 200 kota ataupun layanan CDMA yang berlisensi seluler seperti Mobile-8. Ada yang menganalogikannya sebagai "jaringan GSM tapi tarifnya CDMA".10. Layanan SLI sejumlah operator CDMA sangat efisien dibanding layanan SLI tradisional. Jelas layanan ini sangat efisien bagi pengusaha ekspor-impor.Masalah yang dihadapi industri telekomunikasi seluler saat ini adalah makin meningkatnya jumlah pengguna yang menggunakan pita frekuensi yang terbatas secara bersama-sama. Padahal di sisi lain frekuensi radio adalah sumber daya alam yang terbatas. Kalau dibiarkan berlangsung kondisi ini dapat menyebabkan permintaan hubungan komunikasi yang sangat besar tidak bisa dilayani melalui jaringan yang berbasis lintas radio. Untuk mengatasi masalah ini harus dicari cara untuk meningkatkan kapasitas tanpa harus mengurangi kualitas layanan secara berlebihan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memecahkan persoalan ini, seperti dengan memanfaatkan sistem komunikasi akses jamak Frequency Division Multiple Access (FDMA) dan Time Division Multiple Access (TDMA). FDMA menggunakan sistem pengkanalan dengan pita 30 kilohertz setiap kanalnya. Untuk memaksimalkan kapasitas, sistem seluler FDMA menggunakan antena berarah dan sistem penggunaan kembali (reuse) frekuensi yang rumit. Namun karena boros frekuensi FDMA sudah mulai ditinggalkan orang. TDMA, prinsip teknologi yang digunakan GSM, menggunakan metode pengkanalan dan penggunaan kembali frekuensi yang sama dengan sistem FDMA dengan tambahan elemen pembagian waktu. Prinsipnya, setiap kanal dipakai bersama oleh beberapa pengguna menurut slot waktunya masing-masing.Tetapi sayangnya kapasitas pengguna yang mampu ditampung oleh kedua sistem tersebut terbatas. Karena itu belakangan ini orang mulai melirik ke arah CDMA yang merupakan teknologi digital seluler yang menggunakan sistem pengkodean yang unik, menjamin keamanan tinggi, dan memiliki kapasitas spektrum yang lebih besar. Bermula dari CDMAOneCDMA terdiri dari beberapa anggota keluarga. Anak pertamanya adalah CDMAOne, kemudian disempurnakan menjadi CDMA 2000. CDMA 2000 kadang disebut juga CDMA 2000-1xRTT. 1xRTT berarti radio transmision technology satu kali. CDMA 2000-1xRTT dikembangkan lagi menjadi CDMA 2000-1x Evolution Data Optimizer (EVDO), dan terakhir adalah CDMA 2000-1x Evolution Data Video (EVDV). Tetapi versi EVDV ini kemudian diputuskan untuk tidak jadi dikembangkan.CDMAOne berasal dari standar CDMA asli yang dikembangkan Qualcomm yang dikenal sebagai IS-95. IS mengacu kepada kata Interim Standard Telecommunications Industry Association. IS-95 sering disebut sebagai teknologi telekomunikasi seluler generasi kedua (2G). Standar IS-95 sendiri mempunyai beberapa revisi, pertama adalah IS-95A tahun 1993 yang kemudian direvisi dan dipublikasikan secara komersil pada Mei 1995. IS-95A revisi ini lalu menjadi CDMAOne. IS-95 A adalah standar seluler CDMA yang pertama. Sebagai tambahan layanan data, banyak operator IS-95A yang menyediakan koneksi data circuit-switched pada kecepatan 14,4 kbps. Jaringan IS-95A pertama kali dibangun oleh Hutchison Hong Kong pada September 1995. CDMAOne dapat memberikan sekaligus layanan seluler, Personal Communication System (PCS), dan telepon tetap nirkabel (wireless local loop). Standar IS-95A menjelaskan tentang struktur saluran wideband 1,25 MHz, kendali daya, proses panggilan, hand-off, dan teknik registrasi untuk sistem operasi. IS-95 kembali direvisi tahun 1997 menjadi IS-95B. Standar ini juga disebut sebagai TIA/EIA-95, combines IS-95A, ANSI-J-STD-008, dan TSB-74. Spesifikasi ANSI-J-STD-008 dipublikasikan pada 1995 yang menjelaskan mengenai standar kompatibilitas untuk 1,8 hingga 2,0 GHz CDMA PCS system. Sedangkan TSB-74 menjelaskan hubungan antara IS-95A dan sistem CDMA PCS yang sesuai dengan ANSI-J-STD-008. Banyak operator IS-95B yang menawarkan data berkecepatan 64 kbps. Karena kecepatannya ini, IS-95B dikategorikan ke dalam teknologi telekomunikasi seluler generasi dua setengah (2,5G). CDMAOne IS-95B pertama kali dibangun September 1999 di Korea Selatan. Ketika diimplementasikan di jaringan seluler, teknologi CDMAOne menawarkan banyak keuntungan untuk operator seluler dan pelanggannya. Pertama, peningkatan kapasitas sebanyak 8-10 kali dari sistem analog AMPS dan 4-5 kali dibanding sistem GSM. Kedua, peningkatan kualitas panggilan menjadi lebih baik dan konsisten dibanding sistem Analog Mobile Phone Service (AMPS). Ketiga, menyederhanakan perencanaan sistem karena menggunakan frekuensi yang sama di setiap sektor dari setiap sel. Keempat, perbaikan keamanan. Kelima, peningkatan karakteristik cakupan sehingga memungkinkan penggunaan sel yang lebih sedikit. Keenam, peningkatan waktu bicara. Dan ketujuh, penggunaan bandwidth yang sesuai dengan kebutuhan. Setelah melalui beberapa revisi, IS-95 diganti oleh standar IS-2000. Standar ini diperkenalkan untuk memenuhi sejumlah kriteria spesifikasi International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000) untuk teknologi telekomunikasi seluler generasi ketiga (3G). Generasi ketiga (3G) adalah terminologi yang digunakan untuk menjelaskan layanan bergerak generasi mendatang yang memberikan kualitas suara dan internet kecepatan tinggi, dan layanan multimedia.Di antaranya ITU mensyaratkan IMT-2000 mampu memberikan kapasitas sistem dan efisiensi spektrum melebih sistem 2G, mendukung layanan data pada kecepatan transmisi 144 kbps dalam keadaan bergerak di luar ruangan, dan 2 Mbps untuk layanan telekomunikasi tetap di dalam ruangan. Berdasarkan persyaratan-persyaratan di atas, pada 1999 ITU menyetujui lima antarmuka (interface) radio untuk standar IMT-2000 sebagai bagian dari rekomendasi ITU-R M.1457. CDMA2000 adalah salah satu dari lima standar itu, ia juga dikenal dengan nama IMT-CDMA Multi Carrier.Keunggulan CDMA 2000CDMA 2000 mempunyai keuntungan karena adanya pengalaman sekian lama beroperasinya sistem CDMAOne. Sebagai hasilnya CDMA 2000 menjadi lebih efisien, tangguh. Mendukung suaran dan data, standar ini telah diuji pada berbagai pita spektrum, termasuk alokasi IMT-2000 yang baru. CDMA2000 1X dapat untuk mendukung suara dan data pada pembawa yang sama. Ini membuat dia lebih murah untuk operator. Operator CDMA2000 juga hanya perlu membangun sel (BTS) yang sedikit dan membangunnya lebih cepat, menjadi peningkatan pendapatan dengan Return On Investment (ROI) yang lebih cepat. Meningkatkan kualitas suara CDMA2000 1X mendukung saluran 35 trafik per sektor per RF (26 Erlangs/sector/RF) menggunakan EVRC vocoder, yang dikomersilkan pertama kali 1999. Peningkatan kapasitas suara forward link ditujukan kepada kendali daya yang lebih cepat, lower code rates (1/4 rate) dan transmit diversity. Pada saluran balik, peningkatan kapasitas karena coherent reverse link.Kecepatan tinggiJaringan CDMA 2000 1X yang komersil sekarang ini mendukung kecepatan data puncak pada 153,6 kbps. CDMA 2000 1XEV-DO yang komersil di Korea Selatan mencapai kecepatan puncak 2,4 MBps. Fleksibilitas pita frekuensiCDMA 2000 dapat dibangun di atas semua spektrum seluler dan PCS. Jaringan CDMA 2000 sudah dibangun pada frekuensi 450 MHz, 800 MHz, 1700 MHz, dan 1900 MHz. Ke depannya diharapkan bisa dibangun pada frekuensi 2100 MHz. CDMA2000 juga diimplementasikan di frekuensi lain seperti 900 MHz, 1800 MHz and 2100 MHz. Efisiensi spektrum CDMA2000 memungkinkan pembangunan trafik yang tinggi pada setiap saluran 1.25 MHz.SinkronisasiCDMA2000 disinkronisasi dengan Universal Coordinated Time (UCT). Waktu untuk transmisi Link forward pada semua base station CDMA2000 disinkronisasi dalam beberapa mikrodetik. Sinkronisasi Base station dapat dicapai melalui beberapa teknik termasuk self-synchronization, radio beep, atau melalui sistem berbasis satelit seperti GPS, Galileo, atau GLONASS. Waktu untuk Reverse Link berdasarkan waktu yang diterima yang diturunkan dari komponen multipath pertama yang digunakan terminal. CDMA di NusantaraIndonesia memang termasuk negara yang paling awal mengenal CDMA di kawasan Asia Pasifik. Dimulai dengan peluncuran layanan telepon C-Phone (cordless-phone) tahun 1999 oleh Telkom di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. CDMA yang dipakai adalah CDMAOne (IS 95) dengan frekuensi 1900 MHz. Sayangnya pemasaran C-Phone kurang baik sebab hingga beberapa tahun berikutnya teknologi CDMA hanya diberlakukan di Surabaya dan sekitarnya dengan jumlah pelanggan terakhir sekitar 8.000 pelanggan. Perkembangan CDMA di tanah air baru mulai terasa ketika Telkom memperkenalkan layanan telepon tetap nirkabel Telkom Flexi pada Desember 2002 dan secara komersial diluncurkan Mei 2003. Flexi menggunakan versi CDMA yang lebih maju yaitu CDMA 2000 1x. Frekuensi yang dipakai terbagi dua: 1900 MHz untuk Jabotabek dan Jawa Barat dan 800 MHz untuk luar Jabotabek dan Jawa Barat. Frekuensi 800 MHz di wilayah Jabotabek telah dipakai PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo) untuk layanan E-TDMA. Pada September 2003, jejak Flexi diikuti oleh Ratelindo yang bersalin rupa menjadi PT Bakrie Telecom dengan produknya Esia yang menempati frekuensi warisan dari Ratelindo, yakni 800 MHz. Juli 2004 Indosat meluncurkan StarOne yang juga telepon tetap nirkabel. Sedangkan CDMA dengan lisensi seluler hadir pertama kali lewat tangan PT Mobile-8 Telecom di Desember 2003 dengan produknya Fren. Disusul beberapa bulan kemudian, tepatnya Mei 2004, PT Mandara Seluler Indonesia meluncurkan produknya neo_n. Namun sejak tahun 2006 ini, sejalan dengan berubahnya nama perusahaan menjadi PT Sampoerna Telecom Indonesia (STI), produknya juga berganti nama menjadi Ceria. Produk ini hanya beroperasi di Propinsi Lampung. Berbeda dengan layanan CDMA lain yang menggunakan frekuensi 800 atau 1900 MHz, STI memilih memanfaatkan frekuensi 450 MHz. Layanan telepon tetap nirkabel berkembang dengan pesat. Ketika Flexi diluncurkan pertama kali, pelangan layanan seluler GSM sudah mencapai sekitar 14,5 juta orang. Kini jumlah pelanggan GSM diperkirakan sebanyak 40 juta orang, sementara total pelanggan CDMA setelah tiga tahun kehadirannya sudah melewati angka 6 juta juta pengguna yang disumbangkan Flexi (4 juta), Mobile-8 (1,3 juta), Esia (1 juta) dan StarOne (250 ribu).Keberadaan layanan telepon tetap nirkabel memang telah memungkinkan dihadirkannya akses lokal di mana-mana seperti yang dilakukan FlexiCombo. Logikanya hal yang sama juga bisa dilakukan oleh operator FWA lain seperti Bakrie Telecom (Esia) dan Indosat (StarOne). Namun di sisi lain, Flexi Combo tak terbatas ini menimbulkan pro-kontra di kalangan para pemain bisnis seluler khususnya menyangkut izin yang dikantongi Flexi yakni sebagai operator FWA yang nyatanya beroperasi tak ubahnya sebagai operator seluler.Secara pribadi saya menilai, hal-hal yang menyangkut regulasi semestinya bisa dicarikan jalan keluar yang terbaik oleh pemerintah. Jika inovasi semacam Flexi Combo yang bisa dinikmati di 200 kota ini bisa dijadikan solusi bagi kebutuhan telekomunikasi nirkabel secara luas, mengapa regulasi tak mencoba mengakomodasinya? Masyarakat jelas akan menikmatinya, termasuk pengusaha seperti Hendra.Budi Putra
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Smartfren Mulai Beralih ke Frekuensi 2,3 GHz

14 Desember 2016

Smartfren memperkenalkan dua produk terbarunya yaitu Smartfren Andromax T dan Smartfren Andromax Tab 8.0 di Jakarta, (3/10). TEMPO/Imam Sukamto
Smartfren Mulai Beralih ke Frekuensi 2,3 GHz

Switch off ini sesuai dengan amanat dari Peraturan Menteri Kominfo No: 22 Tahun 2014 tentang Penggunaan Pita Frekuensi Radio


Smartfren Luncurkan Jaringan 4,5G

20 Agustus 2015

Pengunjung melihat produk 4G Smartfren saat acara peluncuran layanan telekomunkasi seluler berbasis 4G LTE Advanced di Jakarta, 19 Agustus 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Smartfren Luncurkan Jaringan 4,5G

Perbedaan 4G dan 4.5 adalah 4G menggunakan single carrier, sedangkan 4.5G dua carrier.


Bangun Jaringan 4G LTE, Smartfren Anggarkan Rp 7 Triliun  

19 Agustus 2015

Menteri Perindustrian Husein, Chairman Sinarmas Frangky D Widjaya, Menkominfo Rudiantara, Presiden Komisaris Smartfren Gandi Sulistyanto dan Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys menghadiri peluncuran layanan telekomunkasi seluler berbasis 4G LTE Advanced di Jakarta, 19 Agustus 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Bangun Jaringan 4G LTE, Smartfren Anggarkan Rp 7 Triliun  

Smartfren menggunakan dua vendor Nokia dan ZTE.


StarOne Resmi Tutup, Pelanggan Dimigrasi ke GSM Indosat

5 Juli 2015

StarOne
StarOne Resmi Tutup, Pelanggan Dimigrasi ke GSM Indosat

Indosat secara resmi mengakhiri layanan berbasis teknologi CDMA dengan merek StarOne pada 30 Juni 2015.


Bakrie Telecom Mulai Pecat Karyawan, Ini Kata Analis

11 Maret 2015

PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) - Esia. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Bakrie Telecom Mulai Pecat Karyawan, Ini Kata Analis

Jika efisiensi karyawan tidak dilakukan, perusahaan akan semakin terpuruk dan kerugiannya membengkak.


Skenario Bisnis Bakrie Telecom Meski Merugi

11 Maret 2015

PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) - Esia. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Skenario Bisnis Bakrie Telecom Meski Merugi

BTEL tetap optimistis seiring dengan kerja sama operasi antara perusahaan dan PT Smartfren Telecom Tbk (Fren) untuk penyediaan layanan 4G.


Utang Membengkak, Bakrie Telecom Pangkas Karyawan

11 Maret 2015

PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) - Esia. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Utang Membengkak, Bakrie Telecom Pangkas Karyawan

Jumlah karyawan perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA per Desember 2013 mencapai 1.438 orang.


Dukung Indar IM2, Begini Kata Menteri Rudiantara

4 Maret 2015

Indar Atmanto
Dukung Indar IM2, Begini Kata Menteri Rudiantara

Dua surat menteri sebelumnya menyebutkan bahwa apa yang dilakukan Indar telah sesuai dengan peraturan yang ada.


Hikmah Kasus IM2, Regulasi Telekomunikasi Direvisi

27 Februari 2015

Mantan Direktur IM2 Indar Atmanto. Tempo/Ratih Purnama
Hikmah Kasus IM2, Regulasi Telekomunikasi Direvisi

Alasannya, selain undang-undang ini sudah berlaku 15 tahun, juga untuk mengakomodasi pekembangan terkini di bidang telekomunikasi.


Mantan Dirut IM2 Ajukan PK, Ini Kata Pemerintah

27 Februari 2015

Indar Atmanto
Mantan Dirut IM2 Ajukan PK, Ini Kata Pemerintah

Pemerintah harus menciptakan ekosisitem yang baik di sektor telekomunikasi.