TEMPO.CO, Sidoarjo -Sebanyak 500 keping prototipe implan dihasilkan dari proses uji coba produksi teknologi pembuatan medical grade stainless steel 316L untuk pembuatan tiga jenis implan tulang. Proses ini mendapat pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek dan Dikti) melalui pendanaan insentif inovasi industri.
Menteri Ristek dan Dikti, Mohamad Nasir, mengapresiasi inovasi ini yang sangat mendorong kemandirian alat-alat kesehatan."Kolaborasi antara peneliti dengan industri sangat baik untuk dilakukan. Kalau sudah dapat izin produksi mohon dimasukkan di e-catalog supaya produk ini dapat dimanfaafkan," ujarnya saat kunjungan kerja ke PT. Zenith Allmart Precisindo, di Sidoarjo, Senin, 20 Februari 2017.
Produk ini dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Pusat Teknologi Material bekerjasama dengan PT. Zenith Allmart Precisindo dan RSU Dr. Soetomo. Ketiga pihak itu memadukan dan memurnikan bahan baku lokal serta menggunakan feronikel, bahan baku hasil industri semelter produk PT. Aneka Tambang di pabrik Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
CEO PT. Zenith Allmart Precisindo, Allan Chandrawinata menyatakan, sebagai wujud komitmen menghapus ketergantungan impor, pihaknya akan membangun fasilitas produksi implan setelah izin produksi dan izin edar telah didaftarkan. Stainless steel 316L yang dihasilkan telah memenuhi komposisi kimia bahan dan kekuatan mekanis sesuai ASTM F138 (316L Implant Quality). Hasil uji medis tidak berbeda dengan implan impor Synthesex Swiss.
Kebutuhan implan tulang domestik saat ini sekitar 80.000-100.000 keping per tahun. Saat ini industri implan nasional sudah menggunakan metode produksi pemesinan. Namun pemesinan bahan baku impor mengakibatkan metode ini tidak efisien karena prosesnya yang lama.
Baca Juga:
Anies Bilang Program Banjir DKI Gagal, Ini Jawaban Ahok
Sebanyak 50 PT Sepakati Kolaborasi Riset