Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penjelasan Sains di Balik Sifat Welas Asih kepada Orang Lain

image-gnews
Seorang wanita membantu imigran di atas kapal Golfo Azzurro di laut Mediteranian, Sabratha, Libya, 3 Februari 2017. Lembaga Masyarakat Spanyol, Proactiva Open Arms menolong imigran yang terapung-apung di atas perahu karet mereka. AP/Emilio Morenatti
Seorang wanita membantu imigran di atas kapal Golfo Azzurro di laut Mediteranian, Sabratha, Libya, 3 Februari 2017. Lembaga Masyarakat Spanyol, Proactiva Open Arms menolong imigran yang terapung-apung di atas perahu karet mereka. AP/Emilio Morenatti
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Mari kita bermain perasaan sejenak. Anda terjebak di lantai 15 dalam sebuah gedung yang terbakar. Hanya ada tangga untuk turun. Waktu kian sempit. Namun, saat sedang turun, tiba-tiba ada yang teriak minta tolong. Ternyata, sekitar 10 meter di sebelah kanan Anda, ada orang yang tak bisa lari dari api lantaran kakinya tertimpa kabinet besar.

Apa yang akan Anda lakukan? Meninggalkannya atau menyelamatkannya dan membopongnya turun?

Sekelompok peneliti dari International School for Advanced Studies di Trieste dan University of Udine, Italia, melakukan riset tentang kondisi tersebut menggunakan virtual reality alias realitas virtual. Tim ingin mengungkap asal-usul altruisme—perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri—di otak. Studi ini terbit dalam jurnal Neuropsychologia edisi Februari 2017.

Studi tersebut mengungkap bahwa individu altruistik memiliki insula anterior kanan yang lebih besar ketimbang orang non-altruistik. Bagian otak ini terlibat dalam pengolahan emosi sosial dan membantu kesadaran stimulan tubuh, seperti kemampuan untuk menghitung detak jantung sendiri. Bagian ini juga yang mengontrol tekanan darah, khususnya selama dan setelah latihan fisik.

“Ini menjelaskan bahwa kasih sayang berperan dalam memotivasi perilaku tolong-menolong dan otak memainkan peran yang kompleks,” kata Giorgia Silani, peneliti utama, seperti dikutip dari laman berita Science Daily. Studi Silani bersama lima peneliti lainnya berjudul “Neuroanatomical basis of concern-based altruism in virtual environment”.

Mempelajari altruisme dan basis sarafnya di dalam laboratorium menimbulkan kesulitan dan tantangan etika tersendiri. Sebab, menurut Silani, para peneliti harus mereproduksi situasi berbahaya sekaligus mengamati perilaku peserta.

Namun, kata dia, hal itu bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, Silani dan tim membuat program realitas virtual yang bisa membuat penggunanya tenggelam.

Selama penelitian, para peserta memakai virtual reality dengan audio visual yang intens untuk meningkatkan realisme eksperimental. “Agar perasaan cemas dan terpojok bangkit dalam benar peserta,” ujar Indrajeet Patil, anggota peneliti yang juga mahasiswa pascadoktoral di Harvard University.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam eksperimen, peserta hanya diberikan sedikit sisa tenaga untuk keluar dari gedung yang terbakar. Di akhir perjalanan mereka, para peserta harus membuat keputusan sulit: menyelamatkan orang lain atau mengabaikannya.

Selama penelitian, ilmuwan terus memindai otak para peserta dengan magnetic resonance imaging (MRI). Investigasi struktur otak dapat memperlihatkan hubungan antara perilaku dan anatomi daerah tertentu sistem saraf.

“Sebanyak 65 persen peserta membuat pilihan altruistik. Mereka berhenti untuk mencari suara minta tolong tersebut dan menolongnya, meski ancaman menghadang,” kata Patil. Satu hal yang menarik disorot, kata Silani, ternyata virtual reality mampu membantu penelitian mengenai neurostruktural.

Nah, jika berada dalam keadaan serupa, kira-kira apa yang akan Anda lakukan?

NEUROPSYCHOLOGIA | SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Otak Manusia Memutar Kenangan: Mengaitkan dengan Hal Unik

16 Januari 2019

Peneliti Manuel Morrens, memegang otak manusia yang masukan dalam wadah di Rumah Sakit Kejiwaan di Duffel, Belgia, 19 Juli 2017. Rumah sakit jiwa ini telah menampung 3.000 otak manusia yang digunakan sebagai penetian penyakit kejiwaaan manusia. REUTERS/Yves Herman
Cara Otak Manusia Memutar Kenangan: Mengaitkan dengan Hal Unik

Tim ilmuwan dari University of Birmingham dan Cardiff University telah mengungkap bagaimana otak manusia merekontruksi atau menyusun kenangan.


Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Takut? Simak Riset Berikut

21 November 2018

Ilustrasi anak ketakutan. shutterstock.com
Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Takut? Simak Riset Berikut

Dua peneliti syaraf dari Universitas California Riverside, dalam sebuah riset mencoba menjawab bagaimana cara menghilangkan rasa takut.


Otak Manusia akan Jadi Target Serangan Hacker, Ini Pintu Masuknya

8 November 2018

Peneliti Manuel Morrens, memegang otak manusia yang masukan dalam wadah di Rumah Sakit Kejiwaan di Duffel, Belgia, 19 Juli 2017. Rumah sakit jiwa ini telah menampung 3.000 otak manusia yang digunakan sebagai penetian penyakit kejiwaaan manusia. REUTERS/Yves Herman
Otak Manusia akan Jadi Target Serangan Hacker, Ini Pintu Masuknya

Riset terbaru hasil kolaborasi dari Kaspersky Lab dan University of Oxford mengungkap otak manusia akan menjadi target serangan hacker.


Bakteri di Usus Pengaruhi Suasana Hati Anda, Simak Kata Ahli

27 Desember 2017

Sekotak sayuran dipajang di kebun seluas 900 meter persegi di atap pusat pemilahan pos,  di Paris, Prancis, 22 September 2017. Kebun ini menanam buah-buahan, sayuran, tanaman aromatik dan obat-obatan. REUTERS/Charles Platiau
Bakteri di Usus Pengaruhi Suasana Hati Anda, Simak Kata Ahli

Usus disebut sebagai otak kedua. Kalau kondisi usus baik, maka saraf di usus akan mengirimkan sinyal-sinyal positif ke otak


10 Tips Tambah Daya Ingat, Makan Permen Karet dan Tonton Komedi

15 Desember 2017

Ilustrasi wanita lupa. shutterstock.com
10 Tips Tambah Daya Ingat, Makan Permen Karet dan Tonton Komedi

Ada 10 hal yang bisa menambah daya ingat seseorang. Dua di antaranya adalah makan permen karet dan menonton komedi.


Dijamin, Anda Belum Tahu Rahasia Otak Ini

12 Desember 2017

Peneliti Manuel Morrens, memegang otak manusia yang masukan dalam wadah di Rumah Sakit Kejiwaan di Duffel, Belgia, 19 Juli 2017. Rumah sakit jiwa ini telah menampung 3.000 otak manusia yang digunakan sebagai penetian penyakit kejiwaaan manusia. REUTERS/Yves Herman
Dijamin, Anda Belum Tahu Rahasia Otak Ini

Otak manusia memiliki banyak aktivitas, termasuk yang Anda belum tahu ini.


Ini Dia Jaringan Otak yang Membuat Si Kecil Bisa Berjalan

9 Desember 2017

bayi berjalan (pixabay.com)
Ini Dia Jaringan Otak yang Membuat Si Kecil Bisa Berjalan

Peneliti mengidentifikasi jaringan otak yang terlibat dalam pembelajaran berjalan pada bayi, sebuah temuan yang bisa membantu memprediksi autisme.


Pikiran Buruk Cermin Kesehatan Manusia, Cek Penelitiannya

9 November 2017

Ilustrasi stres di kantor. Shutterstock
Pikiran Buruk Cermin Kesehatan Manusia, Cek Penelitiannya

Pikiran tentang hal-hal buruk ternyata bisa mencerminkan kesehatan manusia. Misalnya tak bisa berhenti memikirkan pengalamam buruk. Kenapa?


Penciuman Masih Peka? Artinya Otak Sehat, Begini Penelitiannya

24 Oktober 2017

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Penciuman Masih Peka? Artinya Otak Sehat, Begini Penelitiannya

Hidung, sebagai Indra penciuman ternyata memiliki kaitan yang kuat dengan otak secara keseluruhan. Simak penelitiannya.


Mengapa Kita Menua? Rahasianya Ada di Otak, Cek 3 Fakta Lainnya

11 Oktober 2017

Usia (pixabay.com)
Mengapa Kita Menua? Rahasianya Ada di Otak, Cek 3 Fakta Lainnya

Pernah mempertanyakan mengapa manusia tertawa, merasakan kantuk, ataupun bisa mengalami 'jetlag'?, ternyata semua itu karena kinerja otak manusia.